SEMARANG. Perjumpaannya dengan Rumah Zakat memang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Dialah Sulistiyanto, dengan gayanya yang santai dan khasnya, dia menceritakan awal pertemuannya dengan Rumah Zakat sekitar hampir setahun lalu, kepada Micro Business Officer Rumah Zakat, Kamis (25/10)
“Saya itu bolak-balik dua kali lewat kantor Rumah Zakat, tapi saya ga berani masuk mas, tapi untuk yang ketiga kalinya saya nekad masuk tapi ga ketemu sama mas Andri,” cerita Sulis kepada MBO Rumah Zakat. Ia mengaku mengetahui Rumah Zakat dari sebuah selebaran, kemudian melihat tentang program Senyum Mandiri yang memang kala itu ia sedang membutuhkan modal untuk usahanya. Saat itu kondisi keluarganya memang sedang tidak kondusif, dan Sulis pun tidak bekerja. Sementara itu kelima anaknya masih sekolah semua, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya ia hanya mengandalkan dari usaha istrinya.
Waktu itu Siti Marminah sedang berjualan soto seadanya dengan meja kecil di halaman rumahnya. Ketika MBO mengunjungi rumahnya pun seakan tidak percaya, karena lingkungannya adalah perumahan menengah ke atas. Namun di deretan rumah-rumah bagus itu terdapat satu rumah yang sudah hampir ambruk atapnya karena dimakan rayap. Setelah ditelusuri ternyata usahanya dulu pernah sukses. Yaitu sebagai penyuplai daging dan tulang sapi ke Jakarta serta produksi sirup kawis disuplay ke Bali. Namun setelah adanya kerusuhan Jakarta 1998 dan Bom Bali meluluhlantakkan usahanya.
Sulis mempunyai keahlian memasak, sehingga ia merintis usaha soto ayam dan menyewa tempat di pinggir jalan, namun hasilnya kurang baik dan modal habis sehingga buka lapak di rumahnya dengan seadanya dan tempatnya juga seadanya sehingga hasilnya masih jauh dari perkiraan. Sejak dipertemukan Allah dengan Rumah Zakat, kondisi keluarganya semakin membaik, sering ikut Sekolah Bisnis yang diasuh oleh Bambang Nugroho cukup membukakan wawasannya untuk menata hidupnya kembali. Sekarang selain Soto ayam, ia beserta istrinya melayani katering-katering tetangga atas masukan MBO karena keahlian memasaknya. Omset usahanya sudah mencapai 3 juta per bulan dengan pendapatan bersih bisa mencapai 1,5 juta.
“Sekolah anak juga lancar mas, ga ada yang tanggungan SPP lagi, kalo dulu menjelang ujian pasti diundang sekolah karena masih ada tanggungan SPP,” tutur Sulis kepada MBO. Ada sesuatu hal yang cukup menarik, tahun ini berazam untuk berkurban. “Saya tahun ini mau kurban mas, saya ga mau nerima daging kurban lagi,” tutur Sulis Ia mengaku tekad berkurban terinspirasi dari cerita Yu Timah yang ketika Sekolah Bisnis disampaikan MBO. “Alhamdulillah dengan tekad yang kuat, ia menabung setiap bulan khusus untuk berkurban hingga kemaren terkumpul Rp 1.1 juta dan sudah dibelikan kambing,” ungkapnya.***
Newsroom/Andriyan Citra Lesmana
Semarang