Di sebuah Kampung Gegeneng, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringin Kurung, Serang-Banten, Rohimah tinggal bersama ketiga anaknya. Mereka hidup dalam kesederhanaan tanpa adanya seorang Ayah. Rohimah menjadi tulang punggung dalam keluarga dengan berjualan di pasar. Bibi Lepet, demikianlah orang-orang pasar menyebutnya, sewaktu berjualan di Pasar Kelapa Temu Putih Cilegon.
Lepet adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dililit dengan janur atau daun kelapa muda yang direbus hingga beberapa jam dan disajikan bersama parutan kelapa tua (ampas). Diusianya yang sudah mulai senja, ia masih menyibukkan diri dengan mencari uang untuk menyambung hidup bersama ketiga anaknya serta mensekolahkannya. Ia berjualan lepet sudah lama, semenjak anak pertamanya berumur 2 tahun.
Hasil dari menjual lepet tidaklah seberapa ketimbang kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan sekolah anak-anaknya, laba yang ia peroleh seharinya sekarang berkisar antara Rp40 ribu hingga Rp50 ribu itupun belum dipotong ongkos dan lainnya. Anak pertamanya Siti Biroh harus terima sekolah sampai jenjang SMP, anak yang keduanya Sarwiti hanya sampai SD, dan Supartini anak bungsunya terbilang beruntung karena bisa menyenyam pendidikan sampai tingkat SLTA.
Rohimah menyadari Supartini anak bungsunya itu memiliki semangat yang berbeda dengan anak-anaknya yang lain. Waktu sekolah SD, anak bungsunya itu selalu mendapat rangking dan ketika di MTs, 3 tahun berturut-turut mendapat peringkat ke-1 serta aktif diberbagai kegiatan ekstrakulikuler dan keagamaan. Tini melanjutkan sekolah di SMK BIT Al-Insan yang jarak antara rumah dengan sekolah sangat jauh, karena Tini pergi kesekolah dengan berjalan kaki sehingga tidak jarang telat masuk kelas. Karena jarak yang jauh dan seringnya telat masuk kelas akhirnya Tini memutuskan untuk tinggal di asrama sekolah.
Ibu yang berumur 54 tahun ini merasa sedih tatkala sibungsu berpamitan dan mencuci kakinya dengan air sumur. Beban Rohimah mulai berkurang karena sejak di SMK, Tini mendapat bantuan beasiswa dari Rumah Zakat cabang Cilegon, selain itu Tini mendapat tambahan pemasukan dari jasa menyetrika pakaian di keluarga Ibu Dina yang tinggal di BBS. Walaupun ia aktif diberbagai kegiatan ditambah dengan bekerja di rumahnya, Tini waktu di SMK BIT Al-Insan selama 3 tahun mendapat peringkat ke-2 berturut-turut hal inilah yang membuat Rohimah bangga dan merasa tidak sia-sia mensekolahkan Tini.
Setelah lulus, kerisauan Rohimah timbul kembali tatkala Tini mengutarakan niatnya untuk melanjutkan kuliah. Akhirnya Tini memaksakan diri kuliah di salah satu universitas swasta di wilayah Cilegon. Namun setelah berjalan beberapa bulan anaknya itu memutuskan diri untuk berhenti kuliah karena ibunya sudah tidak sanggup lagi membayar kuliah. Menurutnya, sekarang dia ingin fokus mencari kerja. Ia ingin membantu ibunya, dan hasil usahanya bisa dirasakan oleh keduanya. Dia pun ingin melanjutkan kuliah lagi, jika ia sudah bekerja.***
Newsroom/Zaenudin
Cilegon