[:ID]Evi Yuliani (32) berdiri menatap rumahnya. Rumah berdinding anyaman bambu dan beratap daun rumbia itu saat ini sudah tidak layak huni. Atap nya runtuh serta dinding bambunya sebagian sudah tidak ada. Rumah ini hanya menyisakan puing.
Evi memang tidak terdampak tsunami secara langsung, air laut tidak sampai ke rumahnya, namun kencangnya angin malam itu membuat rumah satu-satunya yang ia miliki rusak parah. “Pertama waktu angin datang sebelah sana yg roboh neng, terus saya sama suami, sama anak langsung lari keatas, baru yang sini nyusul (roboh, .red)” ujarnya sembari menunjuk rumahnya.
Ia mengaku takut saat angin merobohkan rumahnya, anaknya yang masih berumur 4th juga menangis kencang. “Pokoknya yang dipikirin cuma nyawa, asal selamat, gak kepikiran lagi mau selamatin barang-barang” jelasnya.
Sejak rumahnya runtuh, evi belum membangun kembali rumahnya karena keterbatasan dana. suaminya saat ini bekerja membantu saudaranya usaha rongsokan. Saat kami menemuinya, suaminya sedang memilah rongsokan di samping rumahnya yang roboh.
“Kalaupun sekedar bangun pakai bambu lagi, satu juta juga gak cukup, material mahal, suami juga penghasilannya cuma cukup buat makan sekeluarga” jelasnya. Sementara ini Evi dan keluarganya tinggal menumpang di rumah saudaranya yang sedang bekerja di luar negeri. Rencananya ia masih akan tinggal disana sampai saudaranya pulang bulan depan.
Evi mengaku masih belum tahu akan tinggal dimana saat saudaranya pulang nanti. “Belum ada bantuan dari pemerintah ataupun yang lain, dana juga tidak ada, jadi belum tau nanti mau tinggal dimana” ujarnya.
Newsroom
Izzatul Yazid/ Lailatul Istikhomah [:]