JAKARTA. Kisah perjuangan hidup Ani sebagai seorang ibu rumah tangga yang berusia (40) sangat menarik untuk diketahui kisahnya sebagai kepala rumah tangga. Kini ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang meninggal akibat penyakit paru-paru. Ia pun ditinggalkan dalam keadaan serba kekurangan dengan empat orang anaknya yang masih berusia sekolah. Namun dua anak yang tertuanya sudah putus sekolah, hanya dua anak yang kecil yang masih duduk di Sekolah Dasar yang sekolah. Dua anak yang masih bersekolah tersebut tergolong cerdas dan kerap mendapat ranking di sekolahnya. Namun kesulitan biaya membuat keduanya sering membolos karena tidak ada biaya untuk perlengkapan sekolah dan ongkos.
Sepeninggal suaminya Ani bekerja serabutan sebagai pemulung pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia sengaja memulung pada malam hari agar tidak diketahui tetangga-tetangganya bahwa ia menjadi pemulung. Anak-anaknya juga kadang membantunya memulung di sekitarwilayah Ciputat. Pertemuannya dengan Rumah Zakat tidak sengaja pada suatu malam ketika Micro Business Officer Rio Ferdian hendak pulang dan mengunci kantornya, tiba-tiba datang seorang anak kecil yang sedang memulung menawarkan baju-baju bekas kakaknya untuk dijual buat biaya kontrakan rumah.
Melihat seorang anak yang tidak sedang mengemis tersebut tentu mengundang kekaguman sekaligus rasa iba. Sang MBO pun menunda kepulangannya dengan kemudian kembali membuka dan menyalakan lampu kantor untuk mempersilakan anak tersebut masuk untuk ditanyai lebih lanjut.
Sempat terbesit anak tersebut hanya mereka-reka cerita, namun ketika ditanya orangtua dan alamatnya dia kemudian bisa menghadirkan ibunya dan adiknya yang paling kecil yang memang sedang memulung di sekitar wilayah Integrated Community Development Ciputat.
Ibu itu pun membenarkan cerita anaknya dan melengkapinya. Di akhir pertemuan Micro Business Officer pun selain memaparkan tentang program pemberdayaan Rumah Zakat juga menyalurkan dana bantuan langsung dan pemberian paket kornet Superqurban.
Setelah pertemuan tersebut selang beberapa lama kemudian ibu tersebut menghubungi MBO dan mengajukan diri untuk bisa mengikuti program pemberdayaan Rumah Zakat dengan rencana usaha nasi, gorengan dan kue-kue. Karena domisili ibu tersebut masih berada diluar wilayah ICD Ciputat, ibu tersebut kembali diberikan dana bantuan langsung ekonomi sebesar Rp 200 ribu, melihat semangatnya untuk berusaha. Kini dari dana bantuan langsung ekonomi tersebut yang ia jadikan modal, ia bisa memiliki THP Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per-hari dengan berjualan gorengan, kue-kue secara keliling dan tidak harus memulung lagi. Anak-anaknya pun kini juga bisa bersekolah lagi dengan tenang.***
Newsroom/Pras Purworo
Jakarta