Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada wanita. Proses
ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah bagi seluruh kaum hawa. Diceritakan
bahwa istri Nabi saw., Aisyah r.a. menangis karena saat menunaikan ibadah haji
ia menstruasi. Mengetahui kondisi tersebut Rasulullah saw. tidak berkata buruk,
akan tetapi menghibur istrinya dengan kata-kata yang menyejukkan dan
menentramkan.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia
berkata:
“Kami pergi dengan
niat menunaikan haji. Saat kami tiba di Sarif, aku haid. Lalu Rasulullah saw.
masuk menemuiku, sedangkan aku sedang menangis. Beliau lalu bertanya, ‘Mengapa
engkau? Apakah engkau haid?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku tidak salat.’ Beliau
bersabda, ‘Tidak apa-apa. Sesungguhnya ini adalah suatu urusan yang telah
ditetapkan Allah atas anak-anak perempuan Adam. Maka lakukanlah apa yang
dilakukan oleh orang yang sedang melakukan haji, hanya saja janganlah engkau
melakukan thawaf di Baitullah sampai engkau suci.’”
Baca Juga: Amalan-Amalan Bagi Wanita yang Sedang Haid di Bulan Ramadan
Imam An-Nawawi berkata dalam ulasannya mengenai hadits ini, “Ini
adalah suatu urusan yang telah ditetapkan Allah atas anak-anak perempuan Adam.”
Hal tersebut menegaskan bahwa Rasulullah saw. hendak menghibur dan menenangkan
Aisyah r.a. dan kaum perempuan pada umumnya. Seakan-akan Rasul saw. berkata
bahwa menstruasi itu bukanlah sesuatu yang aneh bagi perempuan. Mengingat lumrahnya
perempuan pun mengalaminya.
Baca Juga: Arti Penting Kemandirian Wanita
Seperti dirangkum dari buku Mukjizat Al-Qur’an yang Tak
Terbantahkan karya Yusuf Al-Hajj Ahmad, fenomena menstruasi pada wanita itu
secara ilmiah memiliki hubungan yang seimbang dengan sistem kehamilan dalam
tubuh wanita. Atas kekuasaan Allah Swt., maka Dia telah menjadikan menstruasi
sebagai salah satu penyebab kehamilan serta sarana janin dalam kandungan untuk
mendapatkan nutrisi.
Proses Menstruasi pada
Wanita
Sebenarnya, menstruasi pada wanita yang terjadi setiap
bulannya adalah suatu bentuk persiapan menuju kehamilan. Rahim pun setiap bulannya
mempersiapkan diri untuk menyambut kehamilan. Hal ini merupakan salah satu
tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Proses kehamilan pada wanita terjadi jika sel telur yang
dilepaskan ovarium bertemu dengan spermatozoa
di tuba falopi, campuran dari mani
laki-laki dan perempuan akan terbentuk (zigot)
dan campuran ini dengan cepat bergerak melalui tuba falopi menuju rahim. Zigot
tersebut akan mendapatkan nutrisi yang banyak pada mucus di membran bagian dalam rahim berupa dinding tebal dan penuh
nutrisi. Zigot kemudian membuat
semacam terowongan untuk dirinya sendiri dan hidup dalam terowongan tersebut. Zigot
ini memiliki nutrisi dan oksigen untuk tumbuh dan kembangnya dengan mudah.
Apabila misalnya kehamilan tidak terjadi, maka rahim pun
akan menghentikan persiapannya menyambut kehamilan dan dimulailah proses
menstruasi. Hal tersebut terjadi apabila sel telur yang dimiliki wnaita tidak
dibuahi oleh sel sperma dari laki-laki. Maka, sel telur itu akan mati setelah
8-12 jam hidup di tuba falopi. Selanjutnya
dinding endometrium di dalam rahim yang telah menyiapkan sumber nutrisi dan
oksigen untuk tempat berkembangnya janin pun lalu mulai meluruhkan diri. Maka,
keluarlah darah dari vagina wanita yang dikatakan sebagai proses menstruasi. Pemadatan
dan ketebalan dinding endometrium akan berkurang seiring berjalannya waktu
hingga proses keluarnya darah pun berhenti.
Baca Juga: Wanita Menyerupai Laki-Laki dan Laki-Laki Menyerupai Wanita
Hikmah dari Fenomena
Menstruasi
Ada hikmah yang bisa kita petik dari fenomena menstruasi
yang terjadi hanya pada kaum wanita.
Pertama, dari
fenomena ini kita bisa mengetahui bahwa sabda Rasulullah saw. di atas yang
berbunyi, “Ini adalah suatu urusan yang telah ditetapkan Allah atas anak-anak
perempuan Adam” rupanya memiliki hubungan dengan fakta ilmiah di zaman modern. Sains
telah membuktikan dan menjelaskan perihal hadits Rasulullah saw. di atas. Bahwa
memang kejadian menstruasi adalah bentuk kendali /ketetapan dari Allah Swt. bagi
kaum wanita. Ada Zat yang mengatur periode menstruasi ini. Dan yang mengaturnya
adalah Allah Swt.
Kedua, fakta ini
pun menentang keyakinan orang-orang Yahudi. Mereka (orang-orang Yahudi)
menganggap bahwa Bani Israil adalah kaum pertama yang mengalami menstruasi. Dari
hadits di atas bisa membuktikan tuduhan palsu bahwa Rasulullah saw. sering
mengambil ilmu dari orang-orang Yahudi kemudian menyebarkannya ke semua orang. Apabila
misalnya tuduhan kaum Yahudi itu benar (kaum Yahudi yang pertama kali mengalami
menstruasi), maka Rasulullah saw. akan menguatkan keyakinan mereka (kaum
Yahudi) dan tidak akan menentangnya.