MEDAN. Shireen adalah salah satu siswi yatim SD Juara Medan yang duduk di bangku kelas 1. Ayah Shireen meninggalkan keluarganya saat Shireen masih duduk di Taman Kanak-Kanak (TK). Kini Shireen hanya tinggal bersama Ibu dan seorang adik laki-lakinya. Ditinggal ayah di usia yang begitu dini ‘memaksa’ Shireen untuk lebih dewasa dan mandiri.
Ibu Shireen juga banting tulang bekerja menjadi pembantu berjualan lontong tetangganya. Shireen sebenarnya berjiwa periang dan mudah tersenyum. Dulu, saat ayah Shireen masih membersamai mereka, Shireen lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya.
Shireen nampak lebih nyaman bersama dengan ayahnya daripada ibunya. Saat ayahnya telah pergi, Shireen sangat terpukul. Ia menjadi pribadi yang emosional dan seringkali kelihatan kurang percaya diri. Di sisi yang lain, kondisi single parent juga menyebabkan Ibu Shireen sering kebingungan menerapkan sikap yang sesuai kepada Shireen.
“Saya ingin Shireen mendapatkan pendidikan agama dan akhlak yang baik Bu. Apalagi dia sekarang hanya dididik oleh seorang ibu.” Itulah alasan utama Ibu Shireen menyekolahkan anak sulungnya di SD Juara Medan padahal jarak antara rumah menuju sekolah sangatlah jauh.
Jarak yang jauh, ditambah jam masuk sekolah yang lebih dini menyebabkan Shireen harus berangkat lebih dini dari anak-anak sekolah lainnya. Setiap hari, Shireen harus menempuh perjalanan 30-45 menit untuk menuju sekolah. Shireen harus keluar dari rumah pukul 6 pagi dan mencari angkutan umum yang langsung menuju simpang sekolah. Dari Simpang, Shireen harus berjalan kaki lima menit. Belum lagi menunggu angkot. Bagi Shireen, hal ini adalah tantangan.
SD Juara Medan telah menetapkan jam masuk sekolah pukul 7.15 WIB. Dan karena kesulitan yang harus dihadapinya, Shireen sering datang terlambat ke sekolah. Kondisi terlambat di awal belajar ini ternyata sangat mempengaruhi Shireen. Hanya Shireen lah yang hampir setiap hari terlambat di kelasnya. Walaupun anak-anak yang terlambat hanya diminta membantu mengutip sampah atau menyiram bunga, ternyata Shireen merasa minder dan hal ini mempengaruhi perkembangan akademiknya.
Untuk menyewa becak yang mengantarnya sampai sekolah, orang tua Shireen tidak punya biaya. Penghasilan Ibu Shireen hanya cukup untuk makan dan bertahan hidup.
“Alhamdulillah sekolah punya program bantuan biaya transportasi siswa yatim dan kurang mampu. Alhamdulillah sekarang sudah ada donatur yang membantu untuk membayarkan transportasi Shireen. Sekarang dia bersemangat sekolah dan tidak pernah terlambat lagi.”
Kemarin Ahad (12/06) kebahagiaan Shireen bertambah. Saat menerima Kado Lebaran Yatim (KLY) dari Donatur RZ. Adapun KLY ini merupakan salah satu produk Ramadhan RZ. Senyumnya sumringah dan wajahnya semakin berseri. Shireen sangat senang mendapat mukena yang dangat cantik dan dapat tas baru. Juga bisa kasih oleh – oleh untuk adiknya. Terima kasih donatur RZ. Sekarang Shireen siap menyambut lebaran.
Newsroon/Fahriza
Medan
MEDAN. Shireen is one of orphaned students of SD Juara Medan sitting in 1st grade. Shireen’s father left the family when Shireen was in Kindergarten (TK). Now Shireen just stayed with her mother and a younger brother. Left by her father at an early age ‘forced’ Shireen to be more mature and independent. Shireen’s mother also works as a maid in her neighbor who sells Lontong.
In the past when her father was with them, Shireen was jaunty and cheerful, Shireen closer to his father than his mother. Shireen seem more comfortable with her father than her mother. When his father was gone, Shireen was devastated. He became emotional and often appears to lack confidence. On the other hand, As a single parent Shireen’s mother is often confuse how to apply an appropriate attitude toward Shireen. “I want Shireen get religious education and good morals Bu. Moreover, she is now only educated by a mother. “That’s the main reason Ms. Shireen sent her eldest daughter to SD Juara Medan although the distance from home to school is so far. The distances, plus school hours that earlier led to Shireen had to leave earlier than the other school children. Every day, Shireen had to drive 30-45 minutes to get to school.
Shireen had to get out of the house at 6 am and find public transportation directly to the school intersection. From Simpang, Shireen had to walk five minutes. Not to mention waiting for public transportation. For Shireen, it is a challenge. SD Juara Medan has set school hours at 7.15 pm. And because of the difficulties she had to encounter, Shireen often arrive late to school. Coming late turned out to be greatly affected Shireen. Shireen only one who almost every day late Although most children who are late just requested to pick up the trash or watering the flowers, it turns out Shireen feel inferior and this affects her academic development.
To hire a rickshaw to take her to school, Shireen’s mother has no money. Shireen’s mother income just enough for food and survive. “Alhamdulillah, the school has transportation costs assistance program for orphans and underprivileged students. Alhamdulillah there is now a donor who helped to pay Shireen’s transportation. Now she is excited to go to school and never come late anymore. “Last Sunday (12/06) Shireen happiness increases when receiving Eid Gift for orphans (KLY) from RZ’s Donators. KLY is one of Ramadan product from RZ. She smiled widely. Shireen very pleased to have beautiful mukena and new bag. Also she can give a present for his brother. Thanks donators, Shireen is now ready to welcome Eid.