Muhammad Haden Aulia Husein
Rumah Zakat-Bandung
“Ya, bayangan kekasih merambat malam-malam membuatku bergadang dan cinta menghadang sakit dengan segala senang,“ Al Bushiri, Burdah.
Itulah cinta, menghantarkan pemiliknya terbang ke awang-awang sehingga mampu menembus batas-batas alam kesadaran bagi insan yang memilikinya. Cinta adalah bahasa yang selalu ditunggu tiap-tiap jiwa manusia yang bisa mendobrak segala kepatutan, aturan bahkan keimanan seseorang . Sungguh, cinta merupakan bara yang teramat dahsyat bagi pribadi yang telah terbakar karenanya. Bahasa yang mudah dimengerti antar manusia yang berbeda, yang tidak mengenal menjadi terjalin dan terpaut erat karena bahasa kuat cinta ini. Ia selalu ditunggu kehadirannya di ruh yang tenang, resah dan takut sekali pun. Inilah kekuatan yang begitu mengagumkan. Tapi, apakah cinta kita sudah berlaku selayaknya? Apakah cinta kita sudah bertempat di posisi sebenarnya? Marilah kita sebentar saja merenungi orientasi cinta kita selama ini. Cinta diri yang ingin menjadi penerang selayaknya mentari pagi yang menyegarkan tubuh penerima pancarannya, seakan ia hanya mampu untuk menjadi sebuah lilin kecil yang terasa tidak cukup menerangi ruangan kecil. Itulah cinta yang dipandang sempit bagi orang yang menjadikan cinta sebagai berhala yang diagungkan.
Mari kita merenungi cinta kita dalam sebuah kisah, di mana ada seorang Abidin yang seluruh kehidupannya diperbanyak hanya untuk beribadah kepada Allah. Ia merupakan penjaga masjid yang rajin, sholeh dan ahli ibadah. Pada suatu saat, sewaktu ia akan mengumandangkan adzan dzhuhur dan naik ke menara masjid. Ia melihat sesosok wanita yang sangat cantik di sebuah rumah dari tempat ia akan mengumandangkan seruan Illahi tersebut. Dalam sekejap, ia melupakan keinginan awalnya untuk beradzan dan bergegas turun untuk menghampiri wanita tersebut. Kemudian ia bertanya kepada wanita tersebut, “Wahai makhluk tercantik di dunia ini, siapakah anda dan adakah kanda bisa mempersunting dinda.“ Dengan terkesima wanita ini bertanya kembali kepada Abidin tersebut “Wahai pria pemberani, aku adalah seorang wanita yang bukan termasuk dari golonganmu, apakah kau masih ingin mempersuntingku?“ Mendapatkan jawaban demikian Abidin pun berkata “Jangan biarkan cinta kita menghalangi perbedaan antara kau dan aku, andai kau ingin aku mengikutimu maka aku akan ikut denganmu duhai kekasihku.“ Akhirnya mereka berdua pun menikah, di mana sang Abidin menjual keimanannya untuk masuk ke dalam keyakinan wanita yang dicintainya, naudzubillahi min dzalik
Tentu hal ini merupakan cerita cinta yang miris bagi pribadi mukmin yang teguh akan keyakinannya. Dan mungkin ini hanya dianggap bualan yang tidak mungkin terjadi di sekitar kita bagi orang yang tak bertarung dengan kenyataan.
Tapi, mari kita raba kembali sekeliling kita. Bukankah demikian yang terjadi saat ini, bagaimana seorang mudah berpindah keyakinan atas nama cinta, berdalilkan dalam hidupnya “Perbadaan agama tidak mampu membatasi cinta.” Wahai pribadi mukmin, katakanlah dengan tegas dan jelas “Agama merupakan dasar berpijaknya cinta.” Inilah yang akan mengungkapkan bahwa cinta kita bukanlah sebatas lilin kecil tetapi telah berubah menjadi mentari pagi yang menghangatkan bumi. Dan Cinta yang tepat pengelolaannya akan menghantarkan kita menuju syurga yang sebenarnya, bukan syurga dusta yang dijanjikan dunia. Ingatlah, bagaimana Rasulullah mengajarkan cinta yang benar ini sehingga ia mampu memperberat timbunan amalan sederhana kita di hari kiamat nanti.
Dari Anas bin Malik ra., ia mengatakan, ketika aku dan Nabi SAW keluar dari masjid, kami menemui seseorang di gerbang masjid dan ia bertanya, “Ya Rasulullah, kapan hari kiamat tiba?” Nabi SAW menjawab, \”Apa yang telah kau persiapkan?\” Rupanya orang tadi berusaha menenangkan diri lantas mengatakan, “Ya Rasulullah, saya tidak mempersiapkannya dengan banyak puasa, banyak sholat dan banyak sedekah, hanya aku cinta Allah dan rasul-Nya,” maka Nabi bersabda, “Engkau bersama orang yang kau cintai.” HR. Bukhari : 6620.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kecintaan-Mu dan kecintaan orang yang mencintai-Mu, serta amalan yang menyampaikanku kepada kecintaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah kecintaanMu lebih aku cintai dari pada diriku, keluargaku serta air dingin.