Dewasa ini bullying
atau perundungan tak hanya terjadi di dunia nyata, akan tetapi juga ramai di
dunia maya khususnya di media sosial. Ya, kata-kata yang pedas dan menyakitkan tak
hanya secara langsung meluncur melalui lidah, tapi juga bisa menggunakan jari. Smartphone atau gawai dijadikan tempat
merundung orang lain melalui tulisan. Baik secara langsung di dunia nyata atau
di dunia maya sama-sama perbuatan yang tercela. Tak hanya itu, efek buruk yang
ditimbulkan dari perundungan ini bisa berjangka panjang dan menimbulkan trauma
tersendiri.
Mengejek, merendahkan, dan merundung ternyata tak hanya
karena perbedaan status sosial saja, akan tetapi merambah pada senioritas perbedaan
jenjang jabatan atau usia, perbedaan harta, bahkan berkaitan dengan fisik yang
mengarah kepada rasisme.
Baca Juga: Apa Itu Zakat Akhir Tahun?
Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, yang
dimaksud merendahkan orang lain itu tidak hanya membincangkan kekurangan orang
lain saja. Namun, menertawakan dan tersenyum sinis kepada orang lain pun
termasuk ke dalam sikap merendahkan.
Orang-orang yang suka merundung atau merendahkan orang lain
biasanya menganggap diri mereka paling baik dan paling benar. Mereka melakukan
perbuatan tercela tersebut hanya untuk kepuasan diri semata. Mereka tak segan
menyudutkan dan meruntuhkan mental orang lain hanya untuk mengangkat status
diri dengan kesombongan.
Padahal, Islam tak mengajarkan umatnya untuk menjadi
manusia-manusia yang sombong dan berbangga diri. Islam malah mengajarkan kita
untuk menjadi pribadi yang santun, rendah hati, dan peduli terhadap sesama. Bahkan,
Islam pun mengajarkan kita untuk menjaga lisan atau jari dalam berkata-kata.
Bisa Jadi Orang yang
Direndahkan Lebih Mulia
Di dalam surah Al-Hujurat ayat 11, Allah Swt. memerintahkan
kita untuk tidak merendahkan orang lain. Mengapa? Karena bisa jadi orang yang
direndahkan kondisinya lebih baik dan mulia di mata Allah Swt. Dari ayat ini
kita belajar untuk berkaca diri dan memperbanyak muhasabah. Berikut ayatnya:
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik.”
Sahabat, oleh karena itu janganlah merendahkan orang lain
hanya karena perbedaan-perbedaan semata. Kita semestinya belajar untuk empati
dan toleran terhadap orang lain. Selama perbedaan itu tidak bertentangan dengan
aturan syariat, mengapa harus dipersoalkan? Seyogyanya kita memandang orang
lain dengan rasa hormat dan santun. Mengapa? Karena sejatinya Allah Swt. tidak
menilai rupa, fisik, dan hal-hal keduniawian yang melekat pada diri manusia.
Allah Swt. hanya menilai ketakwaan yang melekat di dalam jiwa dan raga
hamba-Nya.
Baca Juga: Zakat Solusi Mengentaskan Kemiskinan
“Sesungguhnya Allah
tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian.” (H.R.
Muslim).
Sahabat, merendahkan orang lain bukanlah ciri muslim yang
baik. Ciri muslim yang baik adalah menyayangi muslim lainnya. Di dalam hadits
riwayat Imam Bukhari, Allah Swt. akan menyayangi hamba-Nya yang menyayangi
saudara-saudara muslim lainnya. Dan salah satu cara kita menyayangi muslim yang
lain adalah dengan ikut serta menyantuni kaum duafa yang sudah lansia. Sedekah yang
kita berikan kepada mereka tentu akan sangat berarti. Tak hanya itu, sedekah
kita pun bisa menguatkan tali persaudaraan sesama muslim. Sahabat bisa
mengikuti tautan ini untuk bersedekah
kepada lansia duafa melalui Rumah Zakat.