[:ID]PEKANBARU. Miftahul Husna mencoba membaca buku sains yang ada di atas mejanya. Tidak seperti anak lain di kelasnya, gadis cilik yang biasa disapa Ita itu terbata-bata saat membaca. Siswa yang kini duduk di kelas V SD Juara Pekanbaru ini memang memiliki keterbatasan penglihatan. Sehingga untuk dapat membaca dan menulis, jarak antara mata dan buku hanya sekitar delapan centimeter.
“Ita adalah seorang siswa yang berkebutuhan khusus. Namun semangatnya dalam menuntut ilmu dan berprestasi sangatlah menginspirasi para murid dan juga guru,” ujar Kepala SD Juara Pekanbaru, Suriksodi Saputro.
Menurut Surik, keterbatasan penglihatan Ita tersebut menurun dari orangtuanya yang tunanetra. Dokter ahli memberikan vonis bahwa suatu hari nanti, Ita tidak akan bisa melihat lagi. “Yang dapat guru-guru lakukan saat ini adalah membesarkan hatinya. Agar suatu hari nanti Ita siap menerima keadaan dirinya yang tak lagi bisa melihat,” ungkapnya.
Ita menyadari bahwa suatu hari dirinya akan menjadi tunanetra. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangatnya dalam meraih cita-cita menjadi guru tahfidz. Secara aktif, Ita mengikuti beragam kompetisi Tahfidz. “Aku suka mempelajari Al Qur’an, dan ingin mengajarkannaya kepada orang lain juga,” tuturnya.
Newsroom/Ria Arianti
Pekanbaru[:]