[:ID]Oleh: Abdul Syukur
Hadis ini menegaskan kepada kita bahwa semua pahala amal seseorang itu akan terputus ketika ia meninggal dunia. Ia tidak bisa lagi mendapat pahala dari membaca Alquran, ia tidak bisa lagi mendapat pahala dari shalat lima waktu, ia tidak bisa lagi mendapat pahala dari shalat sunah, ia tidak bisa lagi mendapat pahala dari membayar zakat, memberi sedekah, dan dari ibadah-ibadah yang lain. Alasannya, karena ia sudah tidak bisa dan tidak sanggup lagi melakukan ibadah-ibadah tersebut.
Namun, ketika seseorang sudah tidak bisa melakukan ibadah yang bisa mendatangkan pahala bagi dirinya sendiri, Allah memberikan kemurahan bagi hamba tersebut. Yakni caranya dengan menawarkan pahala ibadah yang bisa menjadi investasi abadi.
Pertama, sedekah jariah. Sedekah jariyah adalah sedekah yang manfaatnya bisa dinikmati oleh orang yang masih hidup. Dampaknya adalah pahala sedekah tersebut terus mengalir untuk orang yang memberi sedekah walaupun ia sudah mati.
Seperti orang yang membangun tempat ibadah berupa masjid atau mushala, orang yang membangun sekolah atau madrasah, atau orang memberikan sebidang tanahnya untuk dijadikan jalan raya. Ketika orang itu masih hidup, ia sudah mendapat pahala dari sedekahnya tersebut, setelah meninggal dunia pun ia tetap memperoleh pahala dari amal ibadahnya itu.
Kita ambil contoh dari orang yang bersedekah jariah berupa masjid. Selama masjid itu digunakan masyarakat untuk dijadikan tempat ibadah, maka orang yang memberi sedekah akan tetap mendapat aliran pahala dari setiap ibadah yang dilakukan di masjid itu.
Misalnya, ada orang membaca Alquran di masjid itu, maka orang yang membangun masjid akan mendapat pahala yang sama dengan pahala orang yang membaca Alquran di masjid tersebut. Yakni, setiap membaca satu huruf ia akan mendapat kebaikan, dan setiap kebaikan akan mendapat 10 kebaikan yang sama.
Jika orang yang berada di masjid itu melakukan shalat berjamaah, maka orang yang membangun masjid itu akan mendapat pahala shalat berjamaah sebagaimana yang didapat oleh masing-masing orang yang shalat di masjid itu. Dan begitu seterusnya.
Kedua, ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang tidak sekadar diketahui, tapi juga dipraktikkan dan berguna untuk sesama manusia. Misalnya, seorang guru yang memberi tahu muridnya bahwa memberi sedekah kepada orang lain itu akan mendapat pahala sebanyak 700 kali sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah ayat 261.
Kemudian sang murid melaksanakannya, maka sang guru akan mendapat pahala sebagaimana yang didapat oleh sang murid. Jika sang murid mengajarkannya kepada orang lain, kemudian orang itu juga melaksanakannya, maka sang murid dan gurunya juga akan mendapat pahala yang sama dengan orang itu. Begitu seterusnya sampai hari kiamat.
Ketiga, anak saleh yang mendoakan orang tuanya. Orang tua yang mendapat karunia berupa anak, apalagi anak saleh yang mendoakan kebaikan untuknya, termasuk orang yang beruntung. Hal ini karena walaupun meninggal, sang orang tua akan tetap mendapat siraman pahala dari Allah berkat doa anaknya tersebut.
sumber: republika.co.id[:en]By: Abdul Syukur
Abu Hurairah narrated the hadith which states, “Indeed, the Prophet Muhammad once said,” When a person dies, all his charity is cut off, except for three things: Jariyah Alms, useful knowledge, and pious children who pray for him. “(Tirmidhi).
This Hadith confirms to us that all the merits of one’s charity will be cut off when he dies. He can no longer get the reward of reading the Koran, he can no longer get rewarded from the five daily prayers, he can no longer get rewarded from the sunnah prayer, he can no longer get the reward of paying zakat, giving alms, and from worship other. The reason is because he is unable to carry out these services anymore.
However, when someone is unable to worship that can bring merit to himself, Allah gives mercy to the servant. That is the way to offer rewards of worship which can be a lasting investment.
First, Jariyah Alms, it is a charity whose benefits can be enjoyed by people who are still alive. The impact is the reward of the alms continues to flow for the person who gives alms even though he is dead.
Like people who build places of worship in the form of mosques or prayer rooms, people who build schools or madrasas, or people give a piece of land to be used as a highway. When the person was still alive, he had received a reward from his alms, after he died he still got the reward from his charity.
We take the example of people who give alms in the form of mosques. As long as the mosque is used by the community to be used as a place of worship, the people who give alms will continue to receive the flow of rewards from every service performed at the mosque.
For example, if someone reads the Koran in the mosque, the person who builds the mosque will get the same reward as the one who reads the Koran in the mosque. Namely, every reading one letter he will get goodness, and every good will get the same 10 goodness.
If the people in the mosque pray in congregation, then the people who build the mosque will get the reward of prayer in congregation as obtained by each person who prays in the mosque. And so on.
Second, useful knowledge, namely knowledge that is not only known, but also practiced and useful for fellow human beings. For example, a teacher who tells his students that giving alms to others will get a reward of 700 times as the word of Allah in Surah al-Baqarah verse 261.
Then the student does it, then the teacher will get the reward as obtained by the student. If the student teaches it to others, then the person also does it, then the student and teacher will also get the same reward as that person. And so on until Judgment Day.
Third, pious children who pray for their parents. Parents who get gifts in the form of children, especially godly children who pray for good for him, including lucky people. This is because even though they died, the parents will still get a shower of reward from God thanks to the prayer of the child.
source: republika.co.id[:]