Berduaan dengan lawan jenis (laki-laki dan perempuan) dalam
Bahasa Arab disebut sebagai khalwat. Khalwat berasal dari kata khalaa- yakhluu-khalwatan yang memiliki
arti menyepi atau menyendiri. Khalwat
sendiri sebenarnya memiliki dua makna, ada yang konotasi maknanya positif dan negatif.
Konotasi positif khalwat
adalah sengaja menarik diri dari keramaian dan hiruk-pikuk banyak orang untuk
memperbanyak beribadah (misalnya dengan salat, tilawah, atau berzikir) dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sementara konotasi negatif dari khalwat adalah sengaja menghindari
keramaian dan memilih berdua-duaan dengan lawan jenis (laki-laki dan perempuan)
yang bukan mahramnya (orang yang tidak boleh dinikahi).
Khalwat sendiri
merupakan sesuatu yang sangat dilarang oleh Islam. Alasannya sudah sangat
jelas, karena dari khalwat maka akan
berlabuh menjadi maksiat. Maksiatnya bisa bermacam-macam, bisa dengan pandangan
yang tidak terjaga sehingga bisa melihat aurat lawan jenis, terjadi kontak
fisik yang bisa berakhir dengan pelecehan seksual, perzinaan, atau tindak
kriminalitas seperti penjambretan.
Baca Juga: Inilah Caranya Perut, Tangan, dan Kaki Agar Bisa Beribadah kepada Allah
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahihain bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Jangan
sekali-kali berdua-duaan dengan wanita (yang bukan mahram) tanpa disertai oleh
mahram wanita itu.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Hendaknya tidak berdua-duaan dengan
perempuan bukan mahram karena yang ketiga adalah setan.”
Sehingga berdua-duaan dengan lawan jenis tanpa ditemani
mahram maka akan membuat setan leluasa menghembuskan hal-hal yang buruk. Misalnya
pikiran untuk melakukan zina. Padahal, zina termasuk dosa yang teramat besar. Jadi,
hindarilah berduaan dengan lawan jenis (khalwat).
Karena khalwat adalah pintu awal
terjadinya zina.
“Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra: 32).
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya manusia itu telah
ditentukan nasib perzinaannya yang tidak mustahil dan pasti akan dijalaninya. Zina
kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan
adalah berbicara, zina tangan adalah memukul, zina kaki adalah melangkah, hati
berkeinginan dan berangan, dan kemaluan membenarkan semua itu, atau
mendustakannya.” (H.R. Muslim).
Bahaya Khalwat
Selain bisa mengarah pada perbuatan zina atau tindak
kriminalitas lainnya, khalwat pun
memiliki dampak buruk lainnya. Seperti yang dikutip dari buku Mukjizat
Al-Qur;an yang Tak Terbantahkan karya Yusuf Al-Hajj Ahmad, berduaan dengan
lawan jenis bisa meningkatkan kemerosotan akhlak akibat hubungan yang bebas.
Di dalam buku tersebut, dalam survey yang dilakukan oleh
Universitas Cornell, 70% dari perempuan yang bekerja sebagai pegawai sipil
telah diperkosa, sementara 56% telah mengalami kekerasan fisik yang berbahaya.
Tak hanya itu, di Jerman ada 3.500 wanita diperkosa setiap
tahunnya. Angka tersebut menunjukkan kasus-kasus yang telah dilaporkan ke
polisi saja. Sementara itu untuk kasus yang belum dilaporkan bisa lebih banyak
banyak.
Baca Juga: Pekerjaan yang Diberkahi Allah Itu Seperti Apa? Yuk Kenali 9 Tandanya!
Banyaknya tindak pemerkosaan penyebab utamanya adalah khalwat. Seseorang bernama Dr. Alex
Carlyle memberikan pandangan bahwa saat gairah seksual laki-laki dirangsang
(misalnya dengan khalwat), maka akan
dihasilkan semacam zat yang masuk melalui darahnya ke dalam otak dan membuat
lelaki itu mabuk. Akibatnya pikirannya pun akan tercemar. Jika pikiran sudah
tercemar, sulit lelaki berpikiran logis. Ia bisa berbuat di luar batas, seperti
pelecehan seksual atau melakukan tindak kejahatan lainnya.
Tak hanya itu, akibat berduaan dengan lawan jenis pun bisa
mengikis rasa malu. Padahal rasa malu merupakan bagian dari iman. Melalui rasa
malulah seseorang memiliki perisai yang mampu membentengi dirinya dari perilaku
maksiat atau perbuatan dosa.
“Iman mempunyai
enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan La ilaha
illallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari
jalan. Dan malu merupakan salah satu cabang Iman.” (H.R. Bukhari).
“Iman dan malu
merupakan pasangan dalam segala situasi dan kondisi. Apabila rasa malu sudah
tidak ada, maka iman pun sirna.” (H.R. Al Hakim).