Sahabat, apakah sudah pernah mendengar bahwa Rasulullah saw.
pernah bersabda, “Iman itu kadang
naik kadang turun, maka perbaruilah iman kalian dengan La Ilaha Illallah.”
(H.R. Ibn Hibban).
Iman pada hati seseorang mengalami fase naik dan turun. Iman
seseorang dapat meningkat dan bertambah kuat atau bahkan menurun dan melemah.
Kesibukan kita mengejar dunia kadangkala membuat kita tidak
sempat mengurusi isi hati dan memberikan perhatian yang penuh pada keimanan.
Padahal seorang muslim berjalan kepada Allah Swt. dengan hatinya bukan dengan
tubuhnya, kalaupun organ tubuh mengerjakan kebaikan maka itu karena kebaikan
hati dan semangatnya kepada kebaikan.
Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 136 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman
berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.”
Baca Juga: Meningkatkan Keimanan dengan Al-Qur’an
Sebagian ahli tafsir ditanya tentang makna dari ayat
tersebut, “Mengapa Al-Qur’an meminta
mereka beriman? Padahal mereka sudah beriman bahkan ayat berbunyi ‘Hai
orang-orang beriman, berimanlah …’ Apa makna iman yang dimintakan kepada
mereka?”
Maka mufassir menjawab, ayat di atas meminta mereka selalu memperbarui Iman karena iman perlu
diperbarui secara rutin.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana caranya supaya kita
bisa meningkatkan atau memperbarui kualitas keimanan?
Ada beberapa kiat atau cara yang bisa kita lakukan untuk
meningkatkan atau memperbarui kualitas keimanan yang ada di dalam diri. Ini dia
caranya!
1. Membaca Sirah
Nabawiyah dan Sirah Para Sahabat
Membaca sirah orang-orang yang saleh membuat hati ini dekat
dengan kesalehan. Membaca sirah para syuhada membuat hati ini melayang-layang
di langit hingga seperti hidup bersama mereka. Belajar pada mereka dan berharap
bisa menjadi salah satu dari mereka. Bahkan membaca kisah-kisah terdahulu bisa membuat
kita seakan-akan sedang berada dalam satu barisan yang kukuh bersama mereka.
2. Menyendiri/Ber-khalwat
Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari aktivitas
menyendiri atau khalwat dengan Allah
Swt. Khalwat di sini tidak sekadar
mengerjakan qiyamul lail, berzikir, atau membaca Al-Qur’an saja, tapi lebih
pada perenungan sudah sejauh mana diri ini berjalan ke arah Allah Swt,
bertaubat dari dosa-dosa, dan menambal segala kelemahan yang ada di dalam diri,
sehingga dari itu semua akan muncul usaha-usaha untuk memperbaiki keimanan
kita.
Baca Juga: Dunia Ini Penjara Bagi Orang yang Beriman
3. Mengerjakan Pekerjaan
yang Sederhana
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mengikis rasa sombong
atau ujub yang mungkin bersemayam di
dalam diri kita. Umar Bin Khattab r.a. pernah membawakan wadah yang berisi
tempat air dan dibagikan ke rumah-rumah penduduk muslim yang miskin. Ketika ia
ditanya, “Mengapa engkau melakukan itu?” maka Umar menjawab,
“Sesungguhnya aku ada perasaan bangga di dalam diri, maka aku melakukan
itu untuk memberikan pelajaran kepada diriku sendiri.”
4. Ziarah Kubur
Sarana lain untuk memperbarui keimanan ialah dengan menziarahi
kuburan. Rasulullah saw. menganjurkan kaum muslim menziarahi kubur dengan
bersabda, “Ziarahilah kuburan sebab
kuburan mengingatkan kalian kepada akhirat.” (H.R. Muslim).
Suatu hari seorang wanita datang kepada Aisyah r.a.
mengadukan hatinya keras. Lalu Aisyah menganjurkannya rajin ingat kematian.
Maka wanita itu mengerjakan perintah Aisyah sehingga hatinya tidak keras lagi.
Wanita itupun lalu berterima kasih kepada Aisyah atas nasihat yang didapatkannya.
5. Mengunjungi
Orang-Orang Saleh
Kunjungan pada orang-orang yang saleh mempunyai kesan positif
dalam memperbarui iman dan mencemerlangkannya. Jika melihat wajah mereka saja
bisa menjadi bekal kita berjalan di atas jalan kebenaran, maka bagaimana kalau
duduk bersama mereka? Bersahabat dengan mereka? Mendengarkan nasihat-nasihat mereka?
Sehingga mengunjungi orang-orang saleh dapat menjadi pengisi baterai bagi
seorang muslim yang sudah hampir habis dayanya.
Abu Bakar dan Umar Bin Khattab r.a. pernah mengunjungi rumah
Ummu Aiman karena pada masa hidupnya Rasulullah biasa mengunjunginya.
Keduanya mendapati Ummu Aiman sedang menangis. Mereka
bertanya mengapa dirinya menangis? Ummu Aiman menjawab, “Aku menangis
bukan karena tidak tahu apa yang ada di sisi Allah Swt. lebih baik bagi
Rasulullah, tapi karena menyadari bahwa wahyu tidak akan turun lagi dari
langit.” Seketika itulah keduanya ikut menangis bersama Ummu Aiman.
Baca Juga: Sempurnakan Ibadah dengan Zakat
6. Mengingat Peristiwa
Penting dalam Islam
Tujuan dari mengingat peristiwa-peristiwa penting yang
pernah dialami umat Islam adalah untuk memupuk semangat dan mengokohkan
keimanan kita. Misalnya mengenai bagaimana peristiwa Perang Badar, bagaimana
peristiwa Perang Uhud, bagaimana peristiwa perjanjian Hudaibiyah, bagaimana
peristiwa Fathul Makkah, bagaimana peristiwa Isra Mi’raj, dan lain sebagainya.
Semua itu merupakan rangkaian-rangkaian peristiwa yang
menunjukkan kobaran keimanan seorang muslim dan bisa menjadi pelajaran bagi kita
sebagai orang-orang muslim di masa kini. Dengan mempelajari sejarah-sejarah
penting Islam di masa lalu, maka keimanan kita pun akan tersengat kembali.
Sahabat, itulah sekelumit cara yang bisa kita lakukan untuk
memperbarui keimanan kita di tengah-tengah dunia yang semakin tidak baik-baik
saja. Semoga bisa menginspirasi dan memotivasi.
Jangan lupa kunjungi infak.id dari Rumah Zakat untuk
menunaikan infak hariannya agar kehidupan kita lebih berkah dan bermanfaat bagi
sesama.