(Baca bagian 1 bisa
klik di sini)
Perlu diingat oleh seorang yang diliputi amarah bahwa marah
menjadi senjata ampuh bagi setan untuk membinasakannya. Seorang yang diliputi
marah akan dengan mudah dikendalikan oleh setan. seorang yang marah bisa dengan
mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, menghina, mencaci-maki,
hingga kalimat talak yang mengakhiri rumah tangganya.
Karena marah pula, ia merusak semua yang ada di sekitarnya.
Ia bisa membanting piring, melempar gelas, memukul, bahkan sampai pada tindak
pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak manusia tercapai. Untuk itulah, seorang yang marah dianjurkan untuk banyak
membaca kalimat ta’awuz a’udzubillahi
minasy syaithanirrajiim.
Baca Juga: Bolehkah Daging Kurban Diolah Jadi Daging Kalengan?
Sebagaimana hadits dari Sulaiman bin Surd yang menceritakan,
“Suatu hari saya duduk bersama Nabi
Saw. Ketika itu, ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya, wajahnya
telah merah karena diliputi marah. Melihat hal itu, Rasulullah Saw. bersabda,
‘Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini maka
marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awuz a’udzu billahi minas syaithanir
rajiim. marahnya akan hilang.’” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah bersabda, “Siapa
yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya maka dia akan
Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah
menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (H.R. Abu Daud, Tirmizi,
dihasankan oleh al-Albani).
Siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil Allah di
hadapan semua makhluk pada hari kiamat untuk menerima balasan yang besar? Semua
manusia dan jin menyaksikan orang ini maju di hadapan mereka untuk menerima pahala
yang besar dari Allah Swt.
Betapa besar ganjaran yang diberikan Allah di akhirat nanti
hanya dengan menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Apalagi, seseorang
yang tidak hanya sanggup menahan amarahnya, tetapi juga bisa memaafkan
kesalahan orang yang sudah zalim kepadanya serta membalasnya dengan kebaikan
pula.
Baca Juga: Pentingnya Menutup Aib
Mula Ali Qori dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi
mengatakan, pujian yang indah dalam hadits tersebut merupakan balasan yang
besar hanya karena sebatas menahan emosi. Bagaimana jika ditambahkan dengan
sikap memaafkan atau bahkan membalasnya dengan kebaikan.
Jadi, ketika seorang muslim hendak marah, ingatlah dengan
fadilah (keutamaan) yang disampaikan Rasulullah Saw. dalam haditsnya tersebut.
Betapa besar ganjaran bagi seorang yang berhasil menahan marah.
Hal ini memang cukup sulit. Umumnya, seorang yang marah
diliputi emosi yang menutup akalnya untuk berpikir. Sehingga, seorang yang
marah lupa dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah Saw. untuk mengendalikan
amarahnya.