Dilansir dari laman muslimah.or.id, lisan merupakan salah
satu nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Lisan merupakan anggota badan
manusia yang cukup kecil jika dibandingkan anggota badan yang lain. Akan
tetapi, ia dapat menyebabkan pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk surga atau
bahkan dapat menyebabkan pemiliknya dilemparkan ke dalam api neraka.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap muslim
memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang
menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele namun
ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah Ta’ala.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah r.a. berikut ini:
“Sungguh seorang hamba
mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridaan Allah, namun dia
menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan
derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang
mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab
perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Baca Juga: Haramnya Ghibah dan Perintah Menjaga Lisan
Wajibnya Menjaga
Lisan
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (Q.S. Al-Isra: 36).
Qatadah menjelaskan ayat di atas, “Janganlah kamu katakan
‘Aku melihat’ padahal kamu tidak melihat, jangan pula katakan ‘Aku mendengar’
sedang kamu tidak mendengar, dan jangan katakan ‘Aku tahu’ sedang kamu tidak
mengetahui, karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-jawaban atas
semua hal tersebut”.
Ibnu katsir menjelaskan makna ayat di atas adalah sebagai
larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir)
Rasulullah saw. pun bersabda:
“Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau
jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi).
Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah
terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan
tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu
maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir
‘alal Arba’in An-Nawawiyyah).
Baca Juga: Lisan, Telinga, dan Mata Harus Beribadah? Bagaimana Caranya?
Ciri Muslim yang Baik
Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia mampu
meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits
Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari sahabat Abu
Hurairah r.a.,
“Di antara tanda
baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
baginya.”
Oleh karena itu, termasuk di antara tanda baiknya Islam
seseorang adalah ia menjaga lisannya dan meninggalkan perkataan-perkataan yang
tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya atau bahkan perkataan yang dapat mendatangkan
bahaya bagi dirinya.
Baca Juga: Adab Makan dan Minum Seperti yang Dicontohkan Rasulullah
Bahaya Tidak Menjaga
Lisan
Salah satu bahaya tidak menjaga lisan adalah menyebabkan
pelakunya dimasukkan ke dalam api neraka meskipun itu hanyalah perkataan yang
dianggap sepele oleh pelakunya. Sebagaimana hal ini banyak dijelaskan dalam
hadits Rasulullah saw. salah satunya adalah hadits yang telah disebutkan di
atas.
Atau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat
Mu’adz bin Jabal r.a. ketika beliau bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka,
kemudian Rasulullah saw. menyebutkan tentang rukun iman dan beberapa
pintu-pintu kebaikan, kemudian berkata kepadanya, “Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” Kemudian
beliau memegang lisannya dan berkata, “Jagalah ini” Maka aku (Mu’adz) tanyakan,
“Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?” Nabi saw.
menjawab, “Semoga ibumu kehilanganmu! (sebuah ungkapan agar perkataan
selanjutnya diperhatikan). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah
mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (H.R.
At-Tirmidzi).
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata mengenai
makna hadits di atas, “Secara dzahir
hadits Mu’adz tersebut menunjukkan bahwa perkara yang paling banyak menyebabkan
seseorang masuk neraka adalah karena sebab perkataan yang keluar dari lisan
mereka. Termasuk maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan yang mengandung
kesyirikan, dan syirik itu sendiri merupakan dosa yang paling besar di sisi
Allah Ta’ala. Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata tentang Allah
tanpa dasar ilmu, ini merupakan perkara yang mendekati dosa syirik. Termasuk di
dalamnya pula persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita
baik-baik) dan hal-hal lain yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa
kecil seperti perkataan dusta, ghibah dan namimah. Dan segala bentuk perbuatan
maksiat pada umumnya tidaklah lepas dari perkataan-perkataan yang mengantarkan
pada terwujudnya (perbuatan maksiat tersebut).” (Jami’ul Ulum wal Hikaam).
Baca Juga: Keistimewaan Sedekah Makanan
Buah menjaga lisan
Buah menjaga lisan adalah surga. Sebagaimana Rasulullah saw.
bersabda,
“Barangsiapa yang
mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa
yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.”
(H.R. Bukhari).
Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk menjaga lisan
dan kemaluannya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah, dalam rangka
untuk mencari keridhaan-Nya dan mengharap balasan berupa pahala dari-Nya. Semua
ini adalah perkara yang mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah
Ta’ala. (Kitaabul Adab)