BERKATA BAIK ATAU DIAM

oleh | Sep 25, 2023 | Inspirasi

Ada istilah yang cukup popular kita dengar. Istilah itu
adalah “diam itu emas”. Artinya, lebih baik diam tak berbicara daripada
berkata-kata tetapi menyakitkan hati orang lain. Diam di sini berarti menahan
diri dari berkata-kata buruk, dusta, hingga fitnah. Tentu akan didapatkannya
dampak positif bila ia diam daripada berkata-kata yang tajam. Namun, jika ia
mampu berkata-kata baik, maka “berbicara itu berlian”.

Sahabat, kaki yang tersandung bisa sembuh secara perlahan. Namun,
apabila lidah yang tersandung, maka seseorang bisa mati karenanya. Lisan yang
tidak terjaga bisa membuat huru-hara dan masalah yang besar. Tak heran memang
menjaga lisan ini perkara yang teramat berat. Barangsiapa mampu menjaga
ucapannya dengan baik, maka hadiahnya tak tanggung-tangung, yakni surga yang
penuh kenikmatan di dalamnya.

Baca Juga: Lisan, Telinga, dan Mata Harus Beribadah? Bagaimana Caranya?

Dari Sahl bin Sa’id r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa bisa memberikan jaminan
kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua
kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.” (H.R. Bukhari).

Dari hadits tersebut, maksud dari “sesuatu yang ada di
antara dua janggutnya” adalah mulut/lisan. Kemudian arti dari “sesuatu yang ada
di antara dua kakinya” yakni kemaluan. Maka, perkara lisan dan kemaluan ini
memang teramat penting. Sehingga Rasulullah saw. pun bersabda demikian.

Di dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah
saw. juga bersabda bahwa lisan ada kaitannya dengan keimanan kepada Allah Swt.
dan hari kiamat. Di dalam hadits tersebut, Rasul saw. menerangkan bahwa seseorang
yang terpatri iman di dalam hatinya maka harus berupaya berkata-kata baik. Namun,
jika ia tak mampu berkata baik, maka lebih baik diam.

Berpikir Dulu Sebelum
Bicara

Sahabat, ada hal yang harus kita perhatikan sebelum
berbicara, yakni memikirkannya terlebih dahulu. Hal itu seperti yang disampaikan
oleh Imam Syafi’i rahimahullah. Beliau
menyampaikan bahwa sebelum berbicara, maka hendaklah dipikirkan dahulu. Apabila
yang akan diucapkannya mengandung hal-hal yang buruk, merugikan, dan mengandung
hal-hal yang mudharat maka lebih baik
ditahan dengan tidak membicarakannya. Namun, apabila yang akan diucapkannya tidak
buruk maka bisa diucapkan.

Baca Juga: Haramnya Ghibah dan Perintah Menjaga Lisan

Menurut Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti dalam kitab
Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, seharusnya orang yang memiliki akal
selayaknya lebih banyak diam dibanding memperbanyak berbicara. Mengapa? Karena ternyata
lebih banyak orang menyesal karena berbicara dan sedikit yang menyesal karena
diam. Sementara itu, orang yang paling celaka dan paling besar mendapat musibah
adalah yang paling banyak berbicara tanpa berpikir.  

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti dalam kitab tersebut
juga berkata bahwa orang yang memiliki akal seharusnya lebih banyak menggunakan
telinganya untuk mendengar daripada mulutnya untuk berbicara. Dua telinga dan
satu mulut yang kita miliki menjadi pertanda bahwa kita seharusnya lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara.

Menjaga Muslim
Lainnya dari Lisan

Sahabat, sebagai seorang yang beriman, kita harus memastikan
muslim lain selamat dari lisan kita. Hal ini adalah perintah dari Rasulullah saw.
dalam hadits Bukhari berikut ini, “Seorang
muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan
dan tangannya.”

Di dalam hadits lainnya yang senada pun Rasul saw. bersabda,
“Ada seorang laki-laki yang bertanya
kepada Rasulullah saw., ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau
menjawab, ‘Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan
lisan dan tangannya.’” (H.R. Muslim).

Baca Juga: Pentingnya Menutup Aib

Oleh karena itu, kita harus berupaya menjaga keselamatan
orang lain dari bahaya lisan yang ditimbulkan oleh kita. Jika kita tak mampu
berkata-kata baik, maka lebih baik diam. Dan ingat untuk selalu berpikir
terlebih dahulu sebelum melontarkan kata-kata.

Kata-kata di sini tak hanya langsung lewat lisan saja, akan
tetapi juga lewat tulisan (misalnya lewat media sosial dan sejenisnya). Mengingat
kata-kata dalam tulisan pun sama berbahayanya seperti kata-kata yang meluncur
langsung melalui lidah kita.

Lisan Kita Akan
Dimintai Pertanggungjawabannya

Sahabat, sebelum berbicara, pikirkanlah juga ayat berikut
ini, “Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (Q.S.
Al-Isra’: 36).
Ya, apa yang kita ucapkan melalui lisan kita, apa yang kita
ucapkan melalui tulisan kita, maka kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di
hadapan Allah Swt. Dan, ketahuilah bahwa akan selalu ada malaikat Rakib dan
Atid yang akan mengawasi gerak-gerik kita sekaligus mencatat segala amal yang
kita perbuat.

“Tiada suatu kalimat
pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir.” (Q.S. Qaf: 18).

 

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0