Islam mengajarkan kita untuk mencari rezeki yang halal. Halal
di sini tak hanya hasilnya saja yang halal, akan tetapi caranya juga mesti
halal. Cara yang halal dalam mencari rezeki maksudnya berarti tidak ada unsur
kezaliman terhadap orang lain dan tidak melanggar syariat Islam.
Melakukan usaha-usaha yang haram seperti berjudi, berniaga
barang dan jasa yang haram, melakukan riba, menimbun harga kebutuhan pokok, merampok,
korupsi, dan yang sejenisnya adalah cara meraih harta dengan cara yang tidak
halal. Termasuk juga mencari harta hingga melupakan akhirat dan melanggar
syariat agama.
Padahal, Rasulullah Saw. telah memberikan petunjuk kepada
hamba-Nya agar bisa mendapatkan rezeki yang halal serta berkah. Tentu saja,
apabila rezeki yang halal dan berkah itu ingin hadir di tengah-tengah kita,
maka kita harus mau membuka pintu-pintu rezeki itu.
Baca Juga: Haramnya Ghibah dan Perintah Menjaga Lisan
Lalu, bagaimanakah cara membuka pintu rezeki? Berikut penjelasannya
yang telah redaksi himpun dari buku Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga karya
Dra. Sulastiningsih, M.Si:
1. Mencukupkan diri dengan yang halal dan
menghindari yang haram
Yang perlu kita ingat, bahwa harta dari
hasil yang haram bukanlah sebuah rezeki, akan tetapi merupakan musibah. Meskipun
harta haram tersebut terasa nikmat, tapi sangat dibenci oleh Allah Swt.
Harta haram itu tidak hanya zatnya saja
yang haram (misalnya bangkai, darah, daging babi, dan sejenisnya yang dilarang
oleh agama). Namun juga hakikatnya yang meliputi cara-cara yang ditempuh untuk
mendapatkan harta itu.
Sebagai muslim yang beriman kepada Allah
Swt. tentulah kita harus mencukupkan diri dengan mencari harta yang halal dan
dengan cara yang juga halal.
2. Menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat
Syubhat maksudnya adalah ragu-ragu. Artinya,
belum jelas kedudukan haram dan halalnya. Di dalam kehidupan ini banyak hal
yang masuk ke dalam kategori syubhat. Sebagai muslim yang taat, tentulah kita
harus menghindari yang syubhat tersebut sebagai bentuk kehati-hatian dari
terjerumus pada sesuatu yang haram.
“Sesungguhnya
yang halal itu sudah jelas, yang haram juga sudah jelas, di antara keduanya ada
perkara-perkara yang meragukan yang tidak dapat diketahui oleh kebanyakan
manusia. Maka, barangsiapa yang berhati-hati dari yang syubhat, akan bersih
agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, akan
terjerumus ke dalam hal yang haram, bagaikan gembala yang menggembalakan di
tempat terlarang, ia akan terjerumus ke dalamnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Senantiasa berprasangka baik kepada Allah
Swt
Setiap muslim harus menggantungkan
rezekinya kepada Allah Swt. Karena hanya Allah Swt.-lah yang memberikan rezeki
kepada kita. Apabila terlintas di pikiran kita hal-hal prasangka buruk terhadap
Allah Swt., maka lekaslah beristighfar. Tanamkan prasangka baik kepada-Nya. Karena
sesunggunya Allah Swt. sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
“Allah
Swt. telah berfirman: Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku.” (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Baca Juga: Wajibkah Menyaksikan Penyembelihan Hewan Kurban?
4. Beriman dan bertakwa kepada Allah
“Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan baginya jalan
keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Q.S.
Ath-Thalaq: 2-3)
5. Senantiasa bertawakal kepada Allah
Tawakal disini bukan berarti pasrah begitu
saja. Namun, perlu diiringi dengan ikhtiar serta doa. Sementara untuk hasilnya
diserahkan kepada Allah Swt. kita pun harus ikhlas menerima ketentuan dari
Allah Swt. Karena orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah Swt.
(bertawakal) setelah berusaha dan berdoa, maka Allah Swt. akan memberikan
rezeki.
“Andaikan
kamu bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberi
rezeki kepadamu. Sebagaimana burung keluar pagi dengan perut kosong, dan
kembali senja dengan perut kenyang.” (H.R. Tirmidzi)
(Bersambung ke bagian 2)