[:ID]Kita seharusnya menjadi lebih paham. Mengamalkan ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW tak cukup dengan semangat membara saja. Harus ada ilmu yang turut menyertainya. Tanpa ilmu, semangat berlebihan hanya akan menjadi debu yang sia-sia. Bahkan bisa jadi akan menjadi madharat, bukan hanya bagi pelaku namun juga orang-orang di sekitarnya.
Rasulullah SAW mengajarkan hidup untuk tak berlebihan. Hidup seimbang adalah sebuah fitrah. Berlebihan dalam hal apapun jelas tidaklah baik. Apalagi dalam beribadah dan beragama. Jangan sampai semangat berlebihan dalam beragama mendorong seseorang jatuh dalam perbuatan para ahli kitab.
Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus’.” (QS al-Maidah [5]: 77)
Menjadi golongan yang seimbang dalam mengerjakan agama -dengan ilmu tentu saja- jauh lebih menenteramkan jiwa. Kita akan menjadi manusia yang terus bertumbuh karena semangat tak datang sekaligus lantas menghilang. Semangat mengikuti ritme jiwa yang kadang naik dan kadang turun.
Semangat yang berlebihan juga akan menjadikan standar kita dalam beragama menjadi kacau. Kita akhirnya melihat sekitar dengan pandangan sinis. Orang-orang dinilai tak mengamalkan ajaran agama dengan benar. Bibit-bibit konflik sosial pun bisa muncul dari sikap ini. Para ulama menyebutnya ghuluw.
Kita dilarang keras bersikap berlebihan utamanya dalam beragama. Berlebihan dalam perkara dunia bisa jadi efeknya akan langsung terasa. Begitu juga berlebihan dalam beragama. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS al-Maidah [5]: 87)
Semoga kita dijauhkan dari sikap berlebihan dalam beragama. Ghirah dalam menyambut seruan Allah SWT dan Rasul-Nya bukan berarti menjatuhkan kita pada sikap ghuluw. Kuncinya adalah ilmu dan benar dalam beragama. Wallahua’lam.
Sumber : www.republika.co.id[:]