HARUS ADA YANG MEMULAI …

oleh | Jun 29, 2007 | Inspirasi

Privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk berbagai BUMN strategis selalu menuai protes dari masyarakat. Kalau dilihat dari konsep efisiensi, privatisasi membawa keuntungan yang besar. Privatisasi melambangkan kemandirian suatu institusi bisnis untuk survive dan berkompetisi secara profesional. Namun di era liberalisasi ini, privatisasi menjadi senjata ampuh kaum kapitalis untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya melalui perusahaan-perusahaan pemerintah terprivatisasi. Hilangnya kendali pemerintah terhadap penguasaan hajat hidup orang banyak, kerentanan korupsi, UU perburuhan yang berat sebelah (menguntungkan pengusaha), penggunaan muatan lokal yang minimal, hingga pengabaian kewajiban berperan serta dalam kesejahteraan sosial adalah argumentasi keengganan masyarakat memprivatisasi BUMN.

Akan tetapi, Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terpivatisasi ternyata unik. Misal : lembaga Rumah Zakat Indonesia (RZI) ini bukan sekedar LAZ biasa (pure charity institution). Mengumpulkan dana kemudian dibagikan dalam acara-acara baksos tanpa follow up apalagi monitoring dan evaluasi. Tetapi, RZI adalah sebuah model future governanve-incorporated menuju etika ekonomi yang solutif bagi pengelolaan kesejahteraan sebuah negara. Mengelola negara dengan kewenangan birokrasi tetapi berefisiensi corporated.

RZI semisal pengusung piramida terbalik dalam menjalani kehidupannya. Kebanyakan orang mengusung pemenuhan basic needs terlebih dahulu sebelum beraktualisasi diri. Tetapi berbeda dengan RZI, yang dengan motivasi spiritual berusaha beraktualisasi diri terlebih dahulu. Kemudian dengan langkah pasti, yakin bahwa basic needs-nya pasti terpenuhi, atau bahkan berlebih.?Sedikit redaksi tausiyah dari Abu Syauqi sebagai Dewan Pembina RZI: ?Berkaryalah untuk lingkup yang lebih luas maka wilayah-wilayah yang lebih kecil pasti akan tercukupi?? sesuai sekali dengan muatan sebuah ayat : ?Bekerjalah maka Allah, rosul, dan orang beriman akan melihatnya …?

Untuk kapasitas orang biasa, tentu di luar logika bisa terwujud sistem ekonomi yang semodel Rumah Zakat Indonesia. Baitul Maal yang selama ini hanya dalam tataran wacana ekonomi Islam, benar-benar teraplikasi dalam sistem ekonomi di RZI. Semoga Allah swt memberikan keistiqomahan kepada seluruh keluarga besar RZI, `amil, muzaki, mustahik dan seluruh umat Islam yang akan satu persatu bergabung dalam RZI. Format governance-incorporated yang dibangun selagi masih kecil akan menjadi embrio bagi terwujudnya sebuah negara tanpa pungutan pajak sebagaimana zaman Rosulullah saw dan para Kholifah.

Semakin besar jumlah umat Islam yang bergabung dalam keluarga besar RZI maka semakin terbuka terciptanya sistem ekonomi negara tanpa pungutan pajak. Sebuah sistem ekonomi yang baik akan terbebaskan dari ide untuk melakukan efisiensi yang sering dipakai barat dengan menekan sekecil mungkin SDM yang terlibat dalam sistem ekonomi. Dalam tinjauan makro ekonomi, semakin mudah sumber ekonomi (salah satunya uang) bisa diakses banyak orang maka akan semakin baik kondisi perekonomian sebuah wilayah.

Walaupun kecil kue yang diterima masing-masing orang karena besarnya SDM yang terlibat, efek multiplier dari peredaran kue ini akan semakin luas. Salah satu penopang kuat ekonomi China adalah konsep Padat Karya yang diterapkan pada sektor industri China. Selain mampu mengekspor produk-produk industrinya, industri berbasis Padat Karya di China juga bisa dijual di kalangan orang China itu sendiri bahkan di lingkungan produksi mereka. Tahun lalu Indonesia pernah mencoba membagi-bagikan kue ini kepada sebagian penduduk miskin agar perekonomian di sektor mikro berjalan dan tuntutan sosial akibat kenaikan BBM menurun. Akan tetapi, dana yang dibagikan hampir 60 T ini tidak berdampak jangka panjang karena tidak dikelola secara produktif, amanah dan profesional. Sesuatu yang diperoleh tanpa usaha akan mudah sekali habisnya.

Rekayasa sosial untuk membentuk basis komunitas terbina telah dimulai melalui konsep Integrated Community Development (ICD). ICD akan menjadi sebuah proses kulturisasi nilai-nilai syariat ilahiyah yang sangat mudah kepada seluruh ummat Islam jika dilakukan secara sabar, telaten dan profesional. Karena sektor ini bersinggungan langsung dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat erat dengan kehidupan setiap orang. Boleh saja Indonesia dikatakan 350 tahun dijajah orang asing tetapi uzlahnya para kiayi mempertahankan peradaban Islam di desa-desa membuktikan bahwa orang asing hanya menguasai fisik perkotaan dan Islam tetap bisa bertahan tanpa terusik sedikitpun. Selama penjajahan 350 tahun malah menorehkan sejarah statistik kependudukan bahwa 90% penduduk Indonesia tetap muslim. Itulah kekuatan kultur/budaya yang sudah mendarah daging yang mesti di Amati, diTiru, dan diModifikasi oleh konsep ICD.

Untuk itulah ?Jaringan ICD? adalah investasi yang tidak boleh dianggap sepele untuk pengelolaan kesejahteraan umat. Sesuatu yang sulit dilakukan sekarang akan terbuka pintu selebar-lebarnya jika ICD ini terbentuk secara merata di seluruh tanah air, KARENA HARUS ADA YANG MEMULAINYA … ***

Joko Mulyono/Program Development RZI

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0