GURIHNYA BISNIS KERUPUK TERASI

oleh | Mei 15, 2012 | News

KEDIRI. Puji Astuti adalah seorang ibu rumah tangga berumur 44 tahun. Bu Tutik sapaan akrabnya ini berwirausaha krupuk terasi yang usahanya beralamat di Jl Panglima Sudirman No 61 RT 1/ RW 2 Kelurahan Ringinanom, Kecamatan Kota Kediri.

Usaha krupuk terasi ini berdiri pada 19 Januari 2009, hal ini berawal dari di PHK nya suaminya(Sumadi) dari salah satu pabrik di Sidoarjo. Dimana dia sudah bekerja 8 tahun disana. Hal ini membuat keluarga ini memeras otak agar bisa menghidupi kedua anaknya. Berjualan krupuk itulah ide yang keluar saat itu dan akhirnya diputuskanlah untuk membeli 1 bal krecek krupuk terasi, 2 kg minyak, dan 2 pak plastik.

Ia goreng sendiri krecek tersebut dan suaminya yang menjualnya ke warung-warung sekitar. Ide berjualan krupuk ini keluar karena prinsip orang Jawa “Tidak Enak Makan Kalau Tanpa Krupuk”. Peluang ini dimanfaatkan sebaik-baiknya sampai pada bulan Juni 2010. Kemudian ia bertemu dengan Rumah Zakat. Pada waktu itu ia mampu memproduksi dan menjual 300 bungkus/hari.

Pada awal Oktober Micro Business Officer (MBO) mulai menganalisis usahanya agar omzetnya lebih melonjak, mulai dari bantuan modal, pendampingan bisnis berupa pemberian label untuk krupuknya, dan bantuan sarana usaha tentunya.

Untuk proses produksi krupukya, dilakukan dengan cara menggoreng krecek lalu ditiriskan dan dibungkus setelah itu dipasarkan ke warung – warung dan kios-kios. Bahkan sekarang untuk produksinya sudah mempunyai 3 karyawan untuk packing dan 1 karyawan untuk tenaga penjualan serta pemasaran dan area pemasarannya pun sekarang sudah mencapai perbatasan antara Kediri dengan Nganjuk.

Hasil produksinya ini sekarang mampu memproduksi dan menjual rata-rata 900 bungkus/hari. Dengan harga jual Rp 400/bungkus usaha krupuk terasi ini beromset sebesar Rp 360.000,/hari. Dengan biaya produksi sebesar Rp 280.500/hari maka setiap harinya mempunyai margin Rp 79.500/hari. Jika sebulan mengambil libur setiap hari Jumat dan Minggu maka THP beliau setiap bulan sebesar Rp 1.749.000/bulan.

Dilihat dari THPnya sebesar itu maka ia belum mampu untuk menabung untuk perkembangan usahanya. Sehingga rencana kedepannya ia menginginkan usahanya berkembang dengan cara menambah tenaga karyawan untuk sales keliling yang memasarkan krupuknya ke warung-warung atau kios-kios yang selama ini belum terjangkau karena keterbatasan sumber daya manusianya. Untuk semakin menguatkan nilai jual produknya MBO sedang melakukan advokasi untuk mendaftarakn ijin P-IRT Dinkes dan mematenkan brand produk beliu yaitu “ZAGA” ke Disperindag. “ZAGA” sendiri diambil dari akronim kedua putranya yaitu Zahwa dan Gandi.***

Newsroom/Cecep Lubis Hidayatulloh
Kediri