MEDAN. Senyum hangat terpancar dari wajah Bidan Gesty saat berjumpa dengan pasien ibu hamil di Klinik Pratama RBG RZ cabang Medan. Perjumpaan dengan pasien ketika kontrol kehamilan adalah saat yang senantiasa ditunggunya, sebab suasana santai penuh kekeluargaan yang tercipta di sana mampu menghadirkan semangat tersendiri bagi Gesty pribadi. Di klinik yang beralamat Jalan Setiabudi No. 46 Medan inilah Gesty mengabdi.
Adalah Gesty Hareminta Purnama Maru’ao, anak pertama dari empat bersaudara ini sudah delapan tahun mengabdi di Klinik RBG RZ cabang Medan. Dengan latar belakang pendidikan D III Keperawatan, Gesty mengawali karirnya di salah satu rumah sakit swasta pada tahun 2006. Baru pada bulan Juni 2008 Gesty bergabung di RBG RZ cabang Medan sebagai seorang perawat. Di tengah tugasnya sebagai perawat Klinik Pratama RBG, Gesty melanjutkan pendidikannya lagi. Kali ini ia mengambil jurusan Kebidanan, hingga kemudian lulus dan mendapatkan gelar Amd.Keb pada tahun 2013. Sejak menjadi bidan tahun 2014 lalu hingga sekarang lebih dari 30 persalinan telah ia bantu. Rata-rata persalinan di Klinik RBG RZ Medan ini 15 persalinan tiap bulannya.
“Selama bertugas menjadi perawat, Gesty adalah perawat yang cerdas, punya inisiatif tinggi dan cekatan”, ungkap dr. Fitria Ramadhani S.Pane, Manajer Klinik RBG RZ cabang Medan.
Masih menurut Fitria, Gesty mempunyai semangat belajar yang tinggi, karena itu ia kembali bersekolah dan mengambil Jurusan Kebidanan di Universitas Prima Indonesia Medan. Ia bahkan tak segan merogoh kocek sendiri demi mengembangkan potensi dirinya.
Selama enam tahun menjadi bidan di Klinik Pratama RBG tentu banyak sekali pengalaman yang tak terlupakan. Salah satunya adalah ketika setahun lalu Gesty harus menolong persalinan seorang member yang sebelumnya tak pernah kontrol di klinik. Ibu beranak 5 yang baru melahirkan tersebut mengalami perdarahan 2 jam setelah melahirkan. Tepat beberapa saat sebelum tiba waktu berbuka. si Ibu lemas dan pucat. Ditambah dia tidak mau dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.
“Namun Alhamdulillah, dengan penanganan ekstra akhirnya semua bisa teratasi. Kami memasang dua jalur infus di tangan kanan dan kiri pasien atau Atonia Uteri. Kontraksi rahim ibu sempat terhenti, padahal seharusnya setelah melahirkan rahim tetap berkontraksi agar bisa kembali ke bentuk awal dan pembuluh darah yang terbuka setelah pelepasan plasenta juga tertutup,” Gesty tersenyum sambil mengenang kejadian itu.
Peristiwa demi peristiwa yang dialaminya di Klinik Pratama RBG semakin membuat Gesty waspada dan bertambah hati-hati dalam menangani setiap pasien. Meskipun ia sendiri belum pernah mengalami proses kehamilan dan persalinan, tapi rasa empati dan dukungan penuh selalu Gesty berikan setiap ia menolong proses persalinan para pasiennya.
Newsroom/Fitria Ramadhani
Medan