FIQIH ZAKAT, PENGERTIAN, JENIS DAN SYARAT ZAKAT

oleh | Jan 26, 2023 | Inspirasi

Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan yaitu haul dan nishab.

Allah Swt berfirman “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103).

Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta terkena kewajiban zakat.

Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:.
1) harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal;.
2) harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya;.
3) harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang;.
4) harta tersebut melewati haul; dan Asnaf (8 Golongan) Penerima Zakat.

1.      
Pengertian
Zakat Menurut Bahasa

Menurut Bahasa, zakat
memiliki beberapa arti diantaranya:

a.      
Al-Barakah
(keberkahan)

b.      
An-Namaa’
(pertumbuhan dan perkembangan)

c.      
Ath-Thaharah
(kesucian)

d.      
Ash-Shalah
(kebaikan dan keberesan)

(Majma’ Lughah al-Arabiyah; Al-Mu’jam al-Wasith)

Sedangkan menurut istilah,
zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang diwajibkan
Allah untuk diserahkan kepada orang-orang 
yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula ( Prof. DR.
Didin Hafidhuddin, Msc dalam buku Zakat dalam Perekonomian Modern).

2.      
Perbedaan
Zakat, Infaq dan Shodaqoh

Sementara itu, agar tidak
salah paham, ada baiknya kita mengetauhi perbedaan zakat, infaq dan shodaqoh.

Zakat adalah kewajiban
harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu, alokasi tertentu dan waktu
tertentu.

Infak ialah mengeluarkan
atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan non-zakat. Infak ada yang
wajib ada yang sunnah. Infak wajib diantaranya kafarat, nadzar, zakat dan
lain-lain. Infak sunnah diantaranya infak kepada fakir miskin sesama muslim,
infak bencana alam dan lain-lain.

Shodaqoh maknanya lebih
luas dari zakat dan infak. Shodaqoh dapat bermakna infak, zakat dan kebaikan
non-materi, seperti: senyum dan lain-lain.

3.      
Jenis
Zakat

Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah ibadah
pelengkap untuk puasa Ramadhan, oleh sebab itu zakat fitrah wajib untuk semua
kita memang terbiasa menunaikan Zakat firah di Akhir Ramadhan, namun ada
anjuran yang membolehkan menunaikan zakat di awal bulan Ramadhan.

 

Zakat Mal

Adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis
harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya tidak bertentangan dengan
ketentuan agama.
 

A.     
Zakat Emas
dan Perak

Zakat atas batang emas/perak atau uang atau barang2 atau
perhiasan wanita yang lebih dari kewajaran yang telah mencapai haul dan
nishabnya. 

“Tidak ada seorangpun yang mempunyai emas dan perak yang
dia tidak berikan zakatnya, melainkan pada hari kiamat dijadikan hartanya itu
beberapa keping api neraka dan disetrikakan pada punggung dan jidatnya…” (HR.
Muslim). 

B.     
Zakat
Pertanian

Zakat yang dikenakan atas hasil pertanian yang
mengenyangkan atau mendatangkan penghasilan pada waktu panen. 

C.     
Zakat
Perdagangan

Zakat yang dikeluarkan atas hasil perdagangan/perniagaan
yang tujuannya mencari keuntungan dengan syarat memiliki niat berdagang,
mencapai nishab dan haul. 

Dalil:

“Dari Samurah Bin Jundub mengatakan : Rasulullah saw
memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan
untuk diperdagangkan” (HR. Abu Dawud). 

D.     
Zakat
Profesi

Penghasilan yang diperoleh seseorang atas jasa/pekerjaan
(PNS, TNI-POLRI, Karyawan Swasta, Guru/Dosen, Dokter, dll) baik secara harian,
bulanan atau tahunan yang telah sampai kadar nishabnya. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19, demikian pula penjelasan Nabi
SAW yang bersifat umum terhadap zakat dari hasil usaha/profesi. 

Riwayat Abu Ubaid: “Adalah Umar bin Abdul Aziz, memberi
upah kepada pekerjanya dan mengambil zakatnya, dan apabila mengembalikan
Al-Madholim diambil zakatnya, dan beliau juga mengambil zakat dari athoyat
(gaji rutin) yang diberikan kepada yang menerimanya.” 

E.      
Zakat
Produk Hewani

Zakat yang dikeluarkan dari usaha produk hewani seperti
susu, madu, sutera, telur, dan yang sejenisnya dengan tujuan sebagai komoditas
perdagangan atau bukan. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19.

Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya dari
Abdullah bin Amr dari nabi SAW bahwasanya ia telah memungut zakat madu sebanyak
sepersepuluh (HR. Ibnu Majah). 

F.      
Zakat Saham

Zakat yang dikeluarkan atas nilai saham (dengan syarat
prinsip syariah) yang dimiliki yang telah genap setahun dan cukup nishabnya. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19, Muktamar Internasional I tentang
zakat di Kuwait 1404/1984. 

G.     
Zakat Perdagangan

Zakat yang wajib dikeluarkan oleh pelaku usaha yang
mengambil keuntungan dari suatu barang. Tentunya zakat ini diwajibkan bagi
pedagang yang sudah masuk nishab dengan nilai barang dagangan senilai 85 gram
emas dan haul selama 1 tahun. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19. 

H.     
Zakat
Investasi Aset/Mustaghilaat

Zakat yang dikenakan atas hasil investasi penyewaan aset
seperti tanah, gedung, rumah, mesin produksi, alat transportasi, dan lain-lain. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19. 

I.        
Zakat
Perusahaan

Zakat yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dikelola
tidak secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelembagaan
dan organisasi dengan managemen modern, mis: dalam bentuk PT, CV, atau
koperasi, dengn syarat kepemilikan dikuasai oleh muslim baik individu maupun
patungan, Bidang Usahanya halal, Dapat diperhitungkan nilainya, Dapat
berkembang, dan mencapai nishab. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19.

 “…Dan janganlah
disatukan harta yang mula-mula terpisah. Sebaliknya jangan pula dipisahkan
harta yang pada mulanya bersatu, karena takut mengeluarkan zakat” (HR. Bukhari). 

J.       
Zakat Tabungan/Deposito

Zakat yang dikeluarkan oleh Deposan (pemilik tabungan)
atas tabungan atau deposito (simpanan) pada lembaga keuangan yang telah genap
setahun dan cukup kadar nishab 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19. 

K.      
Zakat
Hadiah

Zakat yang dikeluarkan atas hadiah yang diperoleh.

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19.
– Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz mengeluarkan zakat
dari pemberian dan hadiah (Al-Mushannaf: jilid 3, hal 85).

 

L.      
Zakat
Asuransi Syariah

Zakat yang dikeluarkan dari hasil klaim asuransi syariah
manakala memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 

Dalil:

Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan
semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. At-Taubah: 103,
QS. Al-Baqarah: 267, dan QS. Adz-Zaariyat: 19.

 

4.      
Hukum dan
Landasan Kewajiban Zakat

Hukum Zakat

Zakat hukumnya wajib bagi
setiap muslim yang memiliki harta sampai pada nishabnya dan keberadaannya
dianggap sebagai ma’luum min ad-diin bi adh-dharurah (diketahui secara otomatis
adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang). 

Landasan Kewajiban Zakat

Landasan hukum
diwajibkannya zakat adalah : 

Al Quran “Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka…” (QS. 9 : 103) 

As Sunnah, Rasulullah SAW
bersabda “Islam dibangun atas lima rukun; syahadat tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad saw utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji
dan shaum ramadhan (HR. Bukhari dan Muslim) 

Ijma, Para ulama salaf
(terdahulu, klasik) ataupun kholaf (kontemporer) telah sepakat akan wajibnya
zakat.

 

5.      
Hukum
Mengingkari dan Menolak Zakat

Seorang muslim yang tahu
akan kewajiban zakat, kemudian mengingkarinya maka dia telah jatuh pada
kekafiran, dan hukumnya hukum orang yang murtad. 

Adapun muslim yang menolak
tidak mau membayar zakat; pertama, di akhirat dia akan mendapat balasannya, di
dunia, Imam berhak untuk memeranginya sehingga dia mau membayar zakat, atau
Imam berwenang untuk menyita sebagian hartanya sebagai hukuman.

 

6.      
Syarat Wajib
Menunaikan Zakat

A.     
Islam

B.     
Merdeka

C.     
Memiliki
satu nishab dari salah satu jenis harta yg wajib dikenakan zakat.

 

7.      
Syarat
Harta yang Dikeluarkan Zakatnya

A.     
Sumber
Halal

B.     
Milik
Penuh

C.     
Berkembang

D.     
Cukup
Nishab

E.      
Surplus
dari kebutuhan pokok

F.      
Berlalu
satu tahun

 

8.      
Orang yang
Berhak Menerima Zakat

A.     
Faqir

B.     
Miskin

C.     
Amil

D.     
Muallaf

E.      
Riqab

F.      
Gharim (yg
berhutang)

G.     
Sabilillah

H.     
Ibnu Sabil

 

9.      
Orang yang
Tidak Boleh Menerima Zakat

A.     
Orang
kaya, yaitu orang yang berkecukupan atau 
mempunyai harta yg mencapai satu nishab.

B.     
Orang kuat
yang mampu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya .

C.     
Orang
kafir, kafir dzimmi dan mulhid (athesis)

D.     
Orang yang
dibawah tanggungan orang yg berzakat, seperti: orang tua, istri, anak, Keluarga
Nabi SAW

Sumber:

Kardita Kintabuwana

(Dewan Pengawas Syariah Rumah Zakat)

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0