ENAM JAWABAN ARTI KEHIDUPAN DI DUNIA

oleh | May 25, 2015 | Inspirasi

Sahabat, kenikmatan hidup di dunia sering membuat kita lupa bahwa suatu saat kita akan mengakhiri hidup ini. Itulah sebab kehidupan dunia disebut fana (tidak kekal).

Banyak orang merayakan hari lahirnya dengan suka cita bahkan pesta-pesta mewah. Tiada yang salah bila suka cita itu bagian dari syukur kita kepada Allah atas nikmat-Nya.

Namun, satu hal yang perlu diingat di setiap hari lahir kita adalah berapa sisa usia yang masih Allah berikan untuk kita? Mampukah kita mengisinya dengan hal-hal positif sehingga mendatangkan pahala? Apakah kebaikan yang kita lakukan lebih banyak daripada keburukan?

Sepupu saya dijadwalkan melahirkan secara caesar beberapa waktu lalu. Kami tentu mempersiapkan hari itu sebagai hari bahagia karena bertambahnya anggota keluarga baru.

Pukul 09.00 seorang bayi perempuan lahir dan kami bersuka cita. Dua puluh menit kemudian dokter mengatakan si ibu perlu transfusi karena perdarahan hebat. Ketika sibuk mencari pendonor, kami diberitahu bahwa nyawanya tak tertolong. Kabar ini menyentak kami semua. Begitu cepat, tanpa tanda-tanda, tanpa pesan khusus. Ia pergi di usia muda, dengan meninggalkan empat anak, tiga di antaranya balita.

Seorang ibu pengajar Al-Qur’an baru saja menuntaskan tugasnya saat azan Isya berkumandang. Setelah menunaikan rawatib ba’da Isya, ia hendak berdiri pulang. Namun raganya tak lagi sanggup berdiri. Ia jatuh begitu saja dan meninggal saat itu juga di dalam masjid.

Seorang nenek berhati mulia sedang melanjutkan kebiasaannya sejak muda, membaca Al-Qur’an usai shalat Subuh. Di kursi goyang yang mengayunkan tubuhnya pelan, ia melantunkan ayat-ayat suci. Tiada yang menyangka di ayat ke-15 suaranya terhenti. Malaikat maut menjemputnya. Ia wafat dalam balutan mukena, dengan ayat-ayat suci yang masih basah di bibirnya.

Khalid bin Walid meradang dalam sakitnya. Ia berdoa kepada Allah agar diwafatkan di medan perang. Siapa sangka, sang panglima yang melewatkan hari-harinya di medan perang itu menemui ajalnya di tempat tidur dalam sakitnya.

Saat ajal mendekat, Khalid berdoa, “Ya Allah, bila takdir-Mu menentukan aku harus menemui ajal di atas tempat tidur ini, maka catatlah perjuanganku melalui sakitku ini sebagai jihad sehingga aku tercatat sebagai seorang syuhada.”

Sahabat, kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput kita. “… Bagi setiap umat memiliki ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun,” (QS Yunus [10]: 49). Kita hanya bisa mempersiapkan untuk menyambutnya.

Allah swt mengisyaratkan bahwa kita hanya punya dua pilihan. “ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir dengan memukul muka dan belakang mereka seraya berkata, ‘Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar’ (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri),” (QS Al-Anfal [8]: 50).

Dan dalam ayat lain Allah berfirman, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, akan tetapi mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki,” (QS Ali-Imran [3]: 169).

Amal kita sekaranglah yang akan menentukan dengan cara bagaimana malaikat menjemput ajal kita. Wallahu a’lam bisshawwab.

Sumber: republika.co.id

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0