[:ID]Oleh: Inayatullah Hasyim
Betapa indahnya ketika berbicara tentang surga. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” (QS al-Kahfi: 107-108). Rasulullah SAW menyebutkan beberapa peristiwa ringan yang mengantarkan seseorang menjadi ahli surga, dengan amalan di satu hari.
Suatu hari Rasulullah SAW bertanya, “Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini?”. Abu Bakar RA menjawab: “Aku”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengikuti pemakaman hari ini?” Abu Bakar RA berkata: “Aku”. Rasulullah SAW berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?”. Abu Bakar berkata lagi, “Aku”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Aku”.
Rasulullah SAW kemudian berkata, “Jika terkumpul seluruh amalan pada seseorang (seperti ini), niscaya ia akan masuk surga”. Pada diri Abu Bakar RA di hari itu terkumpul seluruh kebaikan yang ringan, tapi mengantarkan pada surga. Sehingga, dalam riwayat lain, Umar bin Khattab RA sampai berkomentar, “oh…itu (amalan) ahli surga”.
Memang, menggabungkan semua pekerjaan itu dalam satu hari bukan hal mudah. Namun, dengan niat dan kesungguhan, kita bisa melakukannya. Sebab, seperti dikatakan Ibnul Qayyim, “Kebahagiaan dunia dan akhirat berpulang pada seberapa besar (perjuangan) melawan keletihan, tak ada (kenikmatan) istirahat bagi yang tak merasakan letih; bahkan sebesar rasa letih itulah, kenikmatan istirahat (dapat dirasakan).”
Berpuasa sunah Senin-Kamis adalah ibadah yang sangat bermanfaat. Selain menyehatkan, ia merupakan amalan yang dianjurkan Rasulullah SAW. Beliau SAW berkata, “Amal-amal kebajikan dilaporkan pada setiap hari Senin dan Kamis, maka aku menyukai amalanku dilaporkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR Tirmidzi). Selain itu, kata Rasulullah SAW juga, berpuasa menjauhkan kalian dari sikap riya.
Menjenguk teman atau kerabat yang sakit adalah amalan utama yang sangat bernilai. Walaupun kita datang tanpa membawa buah tangan apa pun, kehadiran kita bagi yang sakit membangkitkan semangat baginya untuk sembuh.
Dalam riwayat Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW berkata, “Barang siapa yang mengunjungi orang sakit niscaya dia men dapat kan rahmat. Maka, apabila dia duduk di sampingnya dia te tap berada di dalam rahmat, dan apabila dia keluar dari orang yang sakit dia terus dinaungi rahmat sampai dia kembali ke rumahnya”. Di kitab “Al-Ikhtiarat al-Fiqhiyah”, Imam Ibn Taymiyah bahkan berfatwa hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya, jika tak ada seorang pun yang peduli pada tetangga yang sakit, seluruh warga berdosa karenanya.
Demikian halnya bertakziah. Saat mengunjungi sanak famili yang tengah dirundung musibah kematian, misalnya, adalah pekerjaan yang ringan. Namun, efeknya sangat dahsyat bagi keluarga yang ditinggalkan. Sehingga, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW menganjurkan untuk berkata, “Sesungguhnya Allah-lah yang mengambil. (Sebab) Dia-lah yang memberi dan di sisi-Nya, segala sesuatu memiki ajal tertentu”.
Dengan ucapan itu, diharapkan dapat menenteramkan seseorang dari kedukaannya. Sedemikian pentingnya amalan takziah ini, sehingga Imam Syafi’i berfatwa, “tak ada batasan waktu mengucapkan kalimat takziah”. (Kitab al-Umm).
Memberi makan orang miskin adalah amal lainnya yang terlihat ringan. Sepiring nasi yang kita berikan pada seseorang yang tengah kelaparan sesungguhnya tidak sekadar mengenyangkan perutnya, tapi juga menguatkan mata batin persaudaraan dengannya. Bahwa, dia akan merasa ada orang lain yang peduli pada kesulitan hidup yang tengah dihadapinya.
Perjuangan orang-orang shalih yang memberi makan fakirmiskin itu disinyalir Allah SWT dalam firman-Nya, (artinya) “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS al- Insan: 9). Semoga, amalan-amalan kebaikan yang dicontohkan Abu Bakar RA itu dapat kita lakukan. Aamiin.
sumber : republika.co.id[:en]By: Inayatullah Hasyim
How beautiful when talking about heaven. Allah SWT said, “Those who believe and do good deeds, for them is paradise, paradise is a place to live. They are immortal in it, they do not want to move from it.” (Surat al-Kahf: 107-108). The Messenger of Allāh mentioned a number of minor events which led one to become an expert in heaven, with practice on one day.
One day the Prophet Muhammad asked, “Who among you fasted today?”. Abu Bakr RA replied: “Me”. The Messenger of Allāh asked again, “Who of you has taken part in the funeral today?” Abu Bakar RA said: “Me”. The Prophet Muhammad said again, “Who among you is feeding the poor today?”. Abu Bakr said again, “Me”. The Messenger of Allaah asked again, “Who of you visited the sick today?” Abu Bakr replied, “Me”.
Rasulullah SAW then said, “If all the deeds accumulated in someone (like this), surely he would go to heaven”. On Abu Bakar RA on that day all the goodness of light collected, but delivered to heaven. So, in another narration, Umar bin Khattab RA commented, “oh … that is (practice) the expert of heaven”.
Indeed, combining all the work in one day is not easy. However, with intention and sincerity, we can do it. Because, as Ibnul Qayyim said, “The happiness of the world and the hereafter rests on how much (struggle) we fights fatigue, there is no (pleasure) rest for those who do not feel tired, even as big as fatigue, pleasure of rest (can be felt).”
Fasting sunnah Monday-Thursday is a very useful service. Besides being healthy, it is a practice recommended by the Prophet Muhammad. He said, “Good deeds are reported every Monday and Thursday, so I love my charity, reportedly being fasted.” (Tirmidhi). In addition, the Prophet also said, fasting keeps you away from your attitude.
Visiting a friend or sick relative is a very valuable main practice. Even though we come without carrying any fruit, our presence for the sick arouses enthusiasm for him to recover.
In the history of Jabir bin Abdullah, the Messenger of Allāh, said, “He who visits a sick person will surely receive mercy. Then, if he sits beside him, he is still in grace, and when he comes out of the sick he is kept shaded mercy until he returned to his house “. In the book “Al-Ikhtiarat al-Fiqhiyah”, Imam Ibn Taymiyah even said that the law of visiting the sick was fardhu kifayah. That is, if there is no one who cares about a sick neighbor, all citizens are guilty of it.
Likewise go to funeral when visiting relatives who are afflicted with death, for example, it is light work. However, the effect is very powerful for families. So, in another history, the Messenger of Allāh suggested to say, “Allah is the One who took. (For) He gave and at His side, all things have certain death”.
With that statement, it is expected to reassure someone of his grief. So important is this takziah (go to funeral) practice, so that Imam Syafi’i said, “there is no time limit for saying takziah sentences”. (Kitab al-Umm).
Feeding the poor is another charity that looks light. A plate of rice that we give to someone who is starving is actually not just filling his stomach, but also strengthening the inner eye of brotherhood with him. That, he will feel there is someone else who cares about the difficulties of life that he is facing.
The struggle of righteous people who feed the poor is alleged by Allah SWT in His word, (meaning) “Indeed, We give food to you only to expect the pleasure of Allah, We do not want a reply from you and neither (greeting) thank you” (QS al-Insan: 9). Hopefully, the good deeds that are exemplified by Abu Bakar RA we can do. Aamiin.
source: republika.co.id[:]