![](https://i0.wp.com/www.rumahzakat.org/wp-content/uploads/2020/06/2020-06-16_03-57-22_553530-300x235.jpeg?resize=300%2C235&ssl=1)
(Foto: Rumah Zakat)
BREBES, RUMAH ZAKAT – Pengusaha dan pedagang adalah satu dari sekian banyak orang yang begitu terdampak wabah Covid-19. Mereka mengeluhkan dagangannya sepi dibandingkan sebelum masa pandemi. Bahkan ada pedagang yang sama sekali memghentikan aktivitas jualannya sejak awal pandemi covid-19 ini terjadi.
Seperti yang dialami oleh Kuswati (35), dimana masa pandemi covid 19 sangat berpengaruh sekali terhadap keuangan keluarga, suami yang menjadi tumpuan untuk mencari nafkah keluarga selama ini dengan berjualan es buah keliling harus berhenti berjualan, karena sekolah-sekolah tempat ia berjualan libur sampai waktu yang belum ditentukan.
Kondisi tersebut tak membuat Kuswati menyerah, bermodalkan keterampilan membuat keterampilan tas anyam yang beliau dapatkan dari pelatihan Rumah Zakat, membuat dirinya memberanikan diri untuk memproduksi tas anyam berbahan talikur untuk dijual.
Ternyata hasil karya tasnya laku ketika ditawarkan kepada kerabat. Dari situlah ibu dua anak ini bersemangat untuk berjualan tas talikur untuk menyambung pendapatan keluarga.
Melihat dampak ekonomi yang sangat dirasakan oleh Kuswati sekaligus semangat keluar dari keterbatasan, mendorong Rumah Zakat memberikan bantuan modal untuk beliau. Bantuan diberikan oleh Neni selaku Relawan Desa Berdaya Kubangsari langsung kepada Kuswati pada Sabtu (13/6).
“Dengan bantuan modal ini diharapkan dapat membantu dan meningkatkan usaha tas anyam talikur yang sedang dijalani oleh bu Kuswati,” ucap Neni.
“Bantuan ini juga sebagai dorongan dari RZ agar keluarga yang terdampak dari pandemi covid19 bisa keluar dari kesulitan yang dialami,” tambahnya.
Kuswati pun sangat senang ketika mendapatkan bantuan modal dari Rumah Zakat.
“Alhamdulillah dimasa sulit seperti ini masih ada yang memikirkan nasib dan kondisi keluarganya,” ungkap Kuswati.
Ia berharap setelah mendapat bantuan modal dari Rumah Zakat ini dapat menyambung rintisan usaha tas anyamnya. Sampai saat ini kurang lebih sudah 20 tas yang terjual dari hasil anyaman tangannya.
Kuswati yang bertempat tinggal di RW 08 Desa Kubangsari Kecamatan Ketanggungan menceritakan bahwa beberapa pesanan tas terpaksa beliau tolak karena terkendala tenaga, modal dan bahan baku talikur
“Memang masih terbatas produksinya tapi dari sedikit ini bisa menyambung pendapatan keluarga,” imbuhnya.
Newsroom
Neni Nuraeni/Amri Rusdiana