[:ID]SOLO. Sulasmi (32th) warga kampung Wonorejo RT 1 RW 18 Bejen Karanganyar mengaku usaha tempe keripiknya mengalami peningkatan baik dari kualitas maupun kuantitas setelah didampingi oleh Fasilitator Rumah Zakat.
Sebelumnya, Bu Sulasmi menjalankan usahanya dengan seadanya, tanpa perencanaan dan tanpa memperhatikan higienitas dalam proses produksinya. Sebelumnya, dalam proses produksi ia menggunakan cara manual dalam menghancurkan kedelai, proses fermentasi produk diletakkan diatas lantai, penggorengan menggunakan kayu bakar diatas dapur dengan lantai tanah, setelah penggorengan produk hanya dimasukkan dalam tenggok (bakul besar) yang terbuka dan sangat mungkin disambangi tikus di malam harinya.
Akan tetapi, proses produksi berangsur meningkat setelah mendapatkan pendampingan dari Fasilitator Rumah Zakat. Untuk mengahancurkan kedelai, sekarang Ia telah mempunya mesin pemecah kedelai, proses fermentasi produk diletakkan diatas meja produksi, penggorengan diatas kompor, dapur beralaskan semen dan setelah penggorengan produk dimasukkan dalam box besar yang kedap udara sehingga tidak akan mengalami perubahan rasa dan kerenyahan.
“Dari segi kuantitas juga mengalami peningkatan. Awalnya Bu Sulasmi dalam sehari hanya mampu memproduksi kurang lebih tiga ratus buah tempe keripik dari 3 kg kedelai” Ujar Fasilitator Rumah Zakat, Etik Sukarno
Sekarang – tambah Etik- karena telah memiliki kompor khusus untuk penggorengan keripik, produskinya meninggkat hingga tujuh ratus buah tempe keripik dalam tiap harinya dari 5 kg kedelai.
Saat ini Etik juga sedang mendampingi proses pengajuan nomor PIRT ke dinas setempat. Saat ini sedang menunggu jadwal untuk datang pelatihan dan proses selanjutnya. Setelah mempunyai nomor PIRT, Bu Sulasmi berencana untuk mengemas produk yang lebih elegan sehingga bisa menembus ke pasar modern.
Newsroom
Habib Novan / Lailatul Istikhomah
[:en]SOLO. Sulasmi (32 years old), a resident of Wonorejo RT 1 RW 18 Bejen Karanganyar, said that her tempe chips business had improved both in quality and quantity after being accompanied by Rumah Zakat Facilitator.
Previously, Sulasmi ran her business in a modest way, without planning and without paying attention to hygiene in the production process. Previously, in the production process she used manual methods in destroying soybeans, the product fermentation process was placed on the floor, the frying pan used firewood over the kitchen with a ground floor, after frying the product was only save it in open basket and very likely to be visited by mice at night.
However, the production process gradually increased after getting assistance from Rumah Zakat Facilitator. To destroy soybeans, now he has a soybean breaker machine, the product fermentation process is placed on a production table, a frying pan on a stove, a cement-based kitchen and after frying the product is put into a large airtight box so it will not experience changes in taste and crispness.
“In terms of quantity also has increased. Initially Sulasmi in a day was only able to produce about three hundred tempeh chips from 3 kg of soybeans “Said Facilitator of Rumah Zakat, Etik Sukarno
Now – Etik added- because she already has a special stove for chips, the producer has up to seven hundred tempe chips per day from 5 kg of soybeans.
Currently Etik is also accompanying the process of submitting PIRT numbers to the local office. Currently is waiting for the schedule for training and the next process to come. After having a PIRT number, Sulasmi plans to package a more elegant product so that it can penetrate into the modern market.
Newsroom
Habib Novan / Lailatul Istikhomah
[:]