DIARY EKSPEDISI BHAKTI PMK 2016 (1) : PULAU BAJO, SURGA DI BUMI TENGGARA INDONESIADIARY OF BHAKTI PMK 2016 (1) EXPEDITION : BAJO ISLAND, THE SOUTHEST PARADISE

oleh | May 10, 2016 | News

DIARY EKSPEDISI BHAKTI PMK 2016 (1)  PULAU BAJO, SURGA DI BUMI TENGGARA INDONESIABIMA. Setelah berlayar selama hampir 3 hari, akhirnya tim Ekspedisi Bhakti PMK 2016 tiba di Pulau Bajo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat pada hari Selasa (03/05) lalu. Keindahan pemandangan bumi Tenggara Indonesia itu, menyambut tim Relawan RZ yang merupakan salah satu peserta Ekspedisi Bhakti PMK 2016 sesaat sebelum merapat di Pulau Bajo.

Ada banyak perahu nelayan mengelilingi KRI BANDA ACEH 593 yang membawa tim ekspedisi. Aksi ini merupakan tanda hormat dan sambutan selamat datang dari warga Bajo. Sebagai ucapan terima kasih, KRI BANDA ACEH mengeluarkan suara klakson khas menggelegar yang disambut sorak sorai nelayan dan lambaian tangan.

“Rasanya terharu melihat penyambutan indah ini. Saya seperti pulang kampung dan disambut saudara yang sudah rindu untuk bertemu.” Ungkap Fajri Sabti, salah satu Relawan RZ yang ikut dalam ekspedisi.

Pulau Bajo atau dikenal dengan sebutan Bajo Pulo adalah pulau pertama yang menjadi target aksi tim Ekspedisi. Baju Pulo ini terbagi dari 3 desa, yaitu Bajo Pulo Barat, Bajo Pulo Tengah dan Bajo Pulo Timur. Bajo Pulo Barat dan Tengah berada di satu pulau, sementara Bajo Pulo Timur berada di pulau kecil yang bersebrangan dengan dua desa lainnya.

Kondisi desa yang berbeda pulau ini dikarenakan Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang indah dan eksotik. Di antara pulau-pulau ini terdapat laut biru dengan terumbu karang yang sangat indah. Terumbu karangnya terlihat berwarna-warni, bahkan saat berada di atas LCU, bayangan indah terumbu karang sudah terlihat jelas.

Karena kondisi pinggiran pantai yang rendah, Kapal KRI BANDA ACEH tidak bersandar di dermaga Bajo Pulo, akibatnya KRI BANDA ACEH terpaksa lego di pantai. Untuk mengangkut barang bantuan ke Bajo Pulo, tim ekspedisi menggunakan LCU 539-2 KRI BANDA ACEH yang telah dipersiapkan.

Begitu sampai di Bajo Pulo, tim ekspedisi disambut langsung oleh Bupati Bima. Bupati Bima sangat senang atas kedatangan para relawan kesana. Beliau bercerita bahwa Bajo Pulo ini merupakan daerah paling kering di Kabupaten Bima, hal ini disebabkan Bajo Pulo terbentuk dari batuan besar. Karena itulah, kondisi masyarakat di Bajo Pulo memang cukup memprihatinkan dengan kondisi lahan yang kering.

Sebelum memulai aksi, Relawan RZ menyempatkan diri untuk menelusuri daerah Bajo Pulo Barat. Bajo Pulo Barat dihuni oleh 105 KK yang mayoritas adalah muslim. Bajo Pulo Barat didominasi oleh suku Bugis, tahu kan suku Bugis? Yap, suku yang dikenal sebagai pelaut ulung. Maka, tak heran jika masyarakat di sini adalah para nelayan. Cuaca di Bajo Pulo Barat ini terik dan kering sekali, itulah mengapa, begitu Relawan RZ tiba, masyarakat langsung memberikan minuman dingin… (khawatir dehidrasi..hehehe)

Ada satu hal yang menarik di Bajo Pulo Barat. Meski lahan kering, tapi hampir semua warganya beternak kambing. Coba bayangkan, bagaimana hewan-hewan ternak itu bisa makan? Padahal tanahnya tidak bisa ditumbuhi rumput ataupun tumbuhan untuk pakan ternak.
Ternyata, rahasianya adalah ketika warga memasak makanan untuk keluarga, mereka juga membagi untuk kambingnya. Selain itu, kambing-kambing di Bajo Pulo Barat juga bisa memakan kertas dan bungkus semen loh…. Tapi jangan salah, meski makanannya seperti itu, kambingnya berkembang biak dengan baik dan sehat.

Dalam bidang pendidikan, Bajo Pulo Barat hanya memiliki satu SD dan satu SMP yang baru saja selesai dibangun pekan lalu dengan jumlah guru yang amat sangat terbatas. Menurut Ibu Seriela, salah satu guru di sana, kondisi pendidikan di Bajo Pulo Barat dan Tengah memang memprihatinkan, ini karena lokasi kedua desa yang berada di satu pulau kecil dengan akses yang tidak mudah. Warga di Bajo Pulo belum ada yang berkompeten untuk menjadi guru.
“Guru tempatan yang pernah mengajar di sini, ternyata tidak selalu kompeten juga. Pernah beberapa kali ada guru dari daerah lain yang mengajar, tapi tidak cocok.” Ujar Ibuk Seriela.

Relawan RZ mulai melakukan aksi hari berikutnya (04/05). Ada 2 agenda kegiatan utama di hari itu, yaitu PSB (Pelajar Siaga Bencana), distribusi kornet Superqurban dan distribusi Mukena. Program PSB dilaksanakan di SMPN 8 Sape Satu Atap. Sekolah ini hanya memiliki 2 ruang kelas dan 20 orang guru tanpa adanya ruang guru. Relawan RZ melaksanakan PSB, karena Kabupaten Bima merupakan daerah yang sangat rawan bencana, seperti kebakaran dan gunung meletus. Melalui program ini, Relawan RZ mengajari cara menanggulangi bencana yang sederhana, mulai dari cara penyelamatan diri, evakuasi dan cara memberikan pertolongan pertama saat ada yang terluka. Siswa SMPN 8 Sape Satu Atap sangat antusias mengikuti kegiatan, mereka sangat bersemangat saat Relawan RZ mengajak mereka untuk melakukan simulasi.

Setelah kegiatan PSB, Relawan RZ melanjutkan perjalan ke ujung Bajo Pulo, tepatnya ke Desa Bajo Pulo Tengah. Di sana, Relawan mendistribusikan kornet Superqurban dan Mukena untuk warga. Semua warga sangat senang menerima bantuan dari RZ, bagi mereka ini pertama kalinya bisa makan daging dalam bentuk kornet. Di Bajo Pulo, Relawan RZ mendistribusikan 7.500 kornet Superqurban.

Masyarakat Bajo Pulo Tengah ini mengalami kesulitan air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka harus membeli air ke Sape dengan harga 20.000/jirigen. Selain itu, masyarakat di sini juga masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungan, mereka terbiasa membuang sampah  plastik dan semacamnya di laut.

Di hari Jumat (05/05), Relawan RZ kembali melanjutkan aksi. Kali ini, aksi dilakukan di kota Sape, Kabupaten Bima. Masyarakat Sape menyambut Relawan RZ dengan hangat dan ramah, mereka bahkan menjamu Relawan dengan makanan khas Sape, ada ikan bakar, gulai ikan dengan bumbu-bumbu khas Bima, dan tak lupa sambal khas Bima yang terbuat dari campuran tomat diiris kecil dadu, ditambah dedaunan kecil yang terasa seperti daun mint plus cabe merah diiris tipis yang dicampur asam.

Selesai jamuan, Relawan mulai berkeliling kota Sape. Di sini, rumah-rumah banyak yang bergaya panggung untuk mewaspasai jika air laut pasang. Sambil berkeliling, Relawan RZ membagikan kornet Superqurban kepada warga dan tempat makan untuk anak-anak sekolah. Mereka sangat senang menerima bantuan RZ.

Setelah selesai mendistribusikan bantuan, Relawan RZ langsung menuju dermaga Sape. Di sana sudah ada perahu kecil yang menunggu untuk membawa relawan kembali ke Bajo Pulo. Pemilik Kapal mengajak Relawan berkunjung ke Bajo Pulo Tengah, di sana mereka di sambut hangat oleh keluarga pemilik kapal. Relawan RZ kembali dijamu makan, dan ini membuat relawan RZ sangat bahagia… hehehehe

Di Bajo Pulo Tengah, Relawan RZ bertemu dengan seorang Kakek. Saat muda, beliau adalah seorang pelaut ulung, tapi karena kondisi tubuh sudah semakin lemah, beliau kini hanya tinggal di rumah. Kakek ini tinggal bersama istrinya di gubuk yang sangat sederhana, beliau dan istri tidak memiliki anak.
“Tidak masalah hidup miskin, asal kita punya banyak keluarga di manapun. Kita senang kalau punya banyak keluarga.” Ungkap sang Kakek.

Ketika Relawan RZ membereskan barang bantuan, Kakek tersebut melihat Al-Qur’an yang akan dibagikan. Beliau pun tertarik dan meminta satu Al-Qur’an. Beliau membuka Al-Qur’an dan mulai membacanya dengan terbata-bata, mungkin karena penglihatannya yang sudah berkurang. Karena terlihat kesulitan, akhirnya salah satu Relawan RZ membimbing beliau membaca Al-Qur’an.

Sebelum kembali ke Bajo Pulo Barat, Relawan RZ menyempatkan untuk bermain layang-layang, dan  kejar-kejaran dengan beberapa anak Bajo Pulo Tengah.
“Bercengkrama dan bercanda ria dengan anak-anak Pulau Bajo, Nusa Tenggara Barat berhasil menghilangkan semua kelelahan dalam Ekspedisi ini. Tawa mereka seperti menjadi tambahan energi bagi kami.” Ujar Bintang, Relawan RZ.
Relawan RZ memberikan Al-Qur’an dan Iqro kepada anak-anak Bajo Pulo Tengah. Mereka melonjak-lonjak bahagia saat menerima pemberian itu. Usai bermain dengan anak-anak, Relawan pun kembali ke Bajo Pulo Barat.

Akhirnya, rangkaian aksi di Bajo Pulo atau Pulau Bajo telah selesai. Relawan RZ dan tim ekspedisi lainnya, segera melakukan persiapan untuk melanjutkan pelayaran menuju pulau kedua target ekspedisi, yaitu Pulau Wetar, di Maluku Barat Daya. Karena proses bongkar muat di KRI BANDA ACEH cukup lama, sekitar 10 jam, maka Relawan RZ mengisi waktu luangnya untuk menjelajah Labuhan Bajo.

“Kita akan mencoba untuk Diving di Labuhan Bajo. Labuhan Bajo ini merupakan salah satu dari 10 tempat wisata terbaik di Indonesia, jadi sangat sayang kalau tidak kita jelajahi keindahannya.” Ungkap Putra, Relawan RZ.

Newsroom/Ria Arianti
BimaDIARY EKSPEDISI BHAKTI PMK 2016 (1)  PULAU BAJO, SURGA DI BUMI TENGGARA INDONESIABIMA. After sailing for almost three days, finally Bhakti PMK 2016 expedition team arrived in Bajo island, Bima, West Nusa Tenggara on Tuesday (03/05) ago. The scenic beauty of the earth’s in Southeast Indonesia welcomed the RZ volunteer team which is one of participants in Bhakti PMK 2016 expedition before docking at Bajo island.
There are plenty of fishing boats around KRI BANDA ACEH 593 that brought the expedition team. This action is a sign of respect and warm welcome from the Bajo residents. As a thank you KRI BANDA ACEH sound a blaring horn and responded by cheers and hand waving from the fishermen.
“I am touched by this wonderful welcome. It’s like coming home and greeted by relatives who have been longing to see.” Said Fajri Sabti, one of RZ Volunteers who participated in the expedition
Bajo Island, otherwise known as Bajo Pulo is the first island that became the action target of expedition team. Bajo Pulo is divided to 3 villages, namely West Bajo Pulo, Central Bajo Pulo and East Bajo Pulo. West Bajo Pulo, Central Bajo Pulo are in the island, while East Bajo Pulo located on a small island across to two other villages.
The village placed in the different island because of Nusa Tenggara Barat (NTB) is a cluster of beautiful and exotic small islands. Among these islands there is a blue sea with very beautiful coral reefs. Coral reefs are colorful, even while on LCU, beautiful shade of coral reefs are clearly visible.

Once in Bajo Pulo, the expedition team was welcomed by the Regent of Bima. Regent of Bima is very happy about the arrival of the volunteers there. He recalled that the Bajo Pulo is the driest area in Bima, it is because Bajo Pulo formed from large rocks. Therefore, the condition of society in Bajo Pulo was quite apprehensive with dry land conditions.

Before starting the action, RZ Volunteers took time to explore West Bajo Pulo. West Bajo Pulo inhabited by 105 families whose majority are Muslims. West Bajo Pulo is dominated by the Bugis, you know Bugis, don’t you? Yep, Bugis is known as an accomplished sailor. So, no wonder if people here are fishermen. Weather in Bajo West Pulo is scorching and dry, that’s why when RZ Volunteers arrived, the residents directly provide cold drinks … (they are worried if volunteers get dehydration..hehehe)

There is one interesting thing in West Bajo Pulo. Although it is a dry land but almost all of its citizens raising goats. Just imagine, how the cattle can eat? Whereas the soil cannot plant the grass for animal feed.

Apparently, the secret is when residents cook meals for the family, they are also split it for the goat. In addition, the goats in West Bajo Pulo can eat paper and cement wrap but don’t be mistaken even though eat the papers, the goat breed well and healthy.

In the field of education, West Bajo Pulo only has one primary school and one junior who had just completed last week with a number of teachers are extremely limited. According to Mrs. Seriela, one of the teachers there, the state of education in West and Central Pulo Bajo is indeed alarming, because the location of the village on a small island with no easy accessibility. Residents in Bajo Pulo no one has qualified to be a teacher.
“Local teacher who had taught here, they are not always competent as well. Several times there are teachers from other areas who taught here, but they do not fit at all” Said Mrs. Seriela.

RZ volunteers began to take action on the next day (05/04). There are two main agenda that day such as PSB (Disaster Preparedness for students), SuperQurban corned beef and mutton distribution and distribution of mukena. PSB program was implemented in SMPN 8 Sape satu atap. The school only has two classrooms and 20 teachers without the teachers’ room.
RZ Volunteers implement PSB, because Bima is an area that is prone to disasters, such as fires and volcanoes. Through this program, RZ volunteers taught them how to cope with the disaster, ranging from how to self-rescue, evacuation and how to give first aid when someone get injured. Students of SMPN 8 Sape satu atap was very enthusiastic to join the activities, they were very excited when volunteers RZ invite them to do a simulation.

After PSB activities, Volunteer RZ continued the journey to the cape of Bajo Pulo, precisely to the village of Central Pulo Bajo. There, volunteers distribute SuperQurban corned and mukena for residents. All the residents are very happy to receive help from RZ, for the first time they could eat meat in the form of corned beef. In Bajo Pulo, RZ Volunteers distribute 7,500 SuperQurban corned.

Residents in Central Pulo Bajo are experiencing water shortages. To meet the need for clean water, they have to buy water to Sape at 20,000 / jerrycan. In addition, people here also are less concerned with the cleanliness of the environment. They are used to dispose of plastic waste and others things in the ocean.

On friday (05/05), Volunteer RZ back to continue the action. This time, the action carried out in the town of Sape, Bima. Sape residents welcomed RZ volunteers warmly and friendly, they even welcomedVolunteers with typical food fromSape, there are grilled fish, fish curry with spices typical of Bima, and do not forget the typical sauce from Bima made of a mixture of sliced tomatoes, small leaves tasted like mint, sliced red peppers and tamarind.

Finished the banquet, volunteers began walking around Sape town. Here, stages houses dominated this are it aims to avoid the tides. While walking around, RZ Volunteer shared SuperQurban corned to citizens and food container for school children. They were very happy to receive aid from RZ.

Once finished distributing the aid, Volunteer RZ directly to Sape pier. There already standby a small boat waiting to bring the volunteers back to Bajo Pulo. The Ship owners invites Volunteer to visit Central Bajo Pulo, there they were greeted warmly by the family owners of the boat. RZ Volunteers treated to eat, and this made RZ volunteers were very happy … hehehehe

In Central Bajo Pulo, Volunteer RZ met a grandfather. When he was young, he is an accomplished sailor, but because his condition is getting weaker, he is now just stay at home. The grandfather lives with his wife in a very simple hut, he and his wife had no children.

“No problem being poor, as long as we have a lot of families everywhere. We are happy to have got a lot of families. “Reveal the grandfather.

When volunteers RZ packed up the aid, the grandfather saw the Quran to be distributed. He was interested and asked for a Quran. He opened the Quran and began to read haltingly, perhaps because of his vision that has begun to blur. Seeing the grandfather difficulty RZ Volunteers guided him to read the Quran.

Before returning to West Bajo Pulo, RZ Volunteers took to fly a kite, and romp with several children of central Bajo Pulo.

“Chatting and joking with children of Bajo Island, West Nusa Tenggara managed to eliminate all fatigue in this expedition. Their laughter are like an extra energy for us. “Said Bintang, RZ Volunteer

Volunteers RZ provides the Quran and Iqro to children in central Bajo Pulo. They bounced happily to accept the gift. After playing with the children, volunteers returned to West Bajo Pulo.

Finally, a series of actions in Bajo Pulo has been completed. Volunteers RZ and other expedition team are immediately making preparations to continue the voyage to the second targeted island, namely Wetar Island, Maluku Barat Daya. Because the process of loading and unloading at KRI BANDA ACEH quite long, about 10 hours, then RZ volunteers spare their time to roam Labuhan Bajo.

“We will try to Dive in Labuhan Bajo. Labuhan Bajo is one of the 10 best tourist spots in Indonesia, so it is a pity that we did not explore its beauty. “Reveal putra, RZ Volunteer.

Newsroom / Ria Arianti

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0