oleh: Danti Soegijardjo
Curhat juga dapat dilakukan oleh sesama laki-laki. Apa yang dibicarakan tentunya bisa sangat beragam, biasanya berkisar pada masalah karir, pendidikan, hobi, trend saat ini, teknologi, politik, relasi dengan teman atau pasangan, keluarga, masalah keseharian, masalah peran maskulitas sampai masalah seks atau lainnya. Situasinya pun bisa sangat beragam, ada yang sifatnya informal atau memang diupayakan menjadi suatu moment yang rutin bahkan ada beberapa lembaga konsultasi ataupun situs yang sengaja menyediakan fasilitas atau pelayanan ini untuk memberikan rasa nyaman dan solusi bagi klien-klien prianya untuk mendiskusikan masalah mereka.
Kalau kita ingin menilai apakah perilaku itu berdampak positif atau negatif bagi pelakunya, tentunya kita harus menimbangnya dari berbagai sisi. Kita harus melihat dengan siapa ia membicarakannya, apa masalah yang dibicarakan dan kapan ia membicarakannya. Perilaku ini bisa berdampak negatif karena biasanya, ketika seorang laki-laki membicarakan suatu masalah (masalah relasi dengan pasangan, misalnya), mereka akan cenderung melihat permasalahan hanya dari satu sudut pandang (sudut pandang laki-laki) yang melatar belakangi alasan mereka, dan belum tentu kebenarannya. Di satu sisi, pembicaraan itu memang membuat orang yang memiliki masalah merasa nyaman, karena merasa dimengerti dan lebih mudah menyampaikannya, mengingat mereka memiliki cara berpikir yang sama (cara berpikir laki-laki dan perempuan memang berbeda). Tetapi sudut pandang yang terbatas dan tidak selalu benar ini, tidak membuka jalan dan tidak membantunya menemukan solusi atau bahkan bisa memperuncing masalahnya karena selalu melihat adanya perbedaan dan selalu menyalahkan pihak lain.
Di sisi lain, curhat lelaki juga bisa memberi dampak positif bagi pelakunya. Seperti ketika seorang junior membicarakan permasalahan pekerjaan atau karirnya pada seniornya. Sang junior akan memperoleh wawasan baru atau pembekalan dari sang senior yang bisa membantunya menapaki awal karirnya. Contoh lain ketika seorang ayah membicarakan peran maskulinitas dan tanggung jawab pada remaja laki-lakinya, hal itu bisa membawa dampak positif dan sangat dianjurkan. Dengan curhat lelaki ini, setiap orang bisa saling memberi motivasi, dengan menceritakan pengalaman masing-masing. Pada dasarnya, mereka bisa lebih terbuka dan berbicara dari frame berpikir yang sama, sehingga tidak memancing banyak konflik saat membicarakan suatu topik. Banyak ahli memang sudah menjelaskan bagaimana perbedaan cara berpikir dan cara kerja otak laki-laki dan perempuan, dan hal ini menjadi hal yang menunjang setiap orang untuk bisa memahami pola berpikir dan tingkah laku dari masing-masing makhluk paling sempurna ciptaan Allah ini tentunya.
Kapan curhat antar laki-laki ini dilakukan, juga bisa membawa dampak negatif, terutama jika mereka melakukannya saat berada diantara para wanita. Bahkan beberapa orang dengan bangga mengatakan bahwa apa yang sedang asyik mereka bicarakan adalah ‘urusan laki-laki’, dan meminta para wanita tidak ikut ‘nimbrung’ dalam pembicaraan tersebut. Tentunya situasi seperti ini bisa memancing konflik karena membuat salah satu pihak merasa dikesampingkan dan akan berdampak negatif untuk relasi mereka.
Jika teman Anda memerlukan teman bicara, sangat dianjurkan untuk membicarakan permasalahan tersebut langsung dengan ahlinya. Contohnya, Jika kita ingin tahu lebih banyak tentang gejala penyakit yang kita rasakan, akan lebih tepat jika kita membicarakannya dengan seorang dokter dan bukan pada teman kita yang ahli teknologi, walaupun mungkin ia bisa membantu. Yang terpenting, pembicaraan yang dilakukan hendaknya bertujuan untuk mencari solusi atau jalan keluar, dan bukan sekadar menceritakan keluh kesah yang mungkin tanpa disadari bisa mengarah pada ghibah dan membuka aib seseorang. Perhatikan kembali batasan-batasan yang sudah ada dalam ajaran kita, mengenai permasalahan yang seperti apa yang boleh dan tidak boleh dibicarakan dengan orang lain. Insyaallah curhat yang dilakukan bisa membawa dampak positif.Wassalam.
