CEPAT KAYA ITU BAHAYA

oleh | Mei 11, 2015 | Dari Kita

sampah linimasaOleh : Endy Kurniawan

Waktu diminta bicara tentang aspek keuangan dalam sebuah seminar bisnis beberapa waktu lalu, saya diminta panitia untuk fokus ke topik ‘cara pintas bebas finansial’. Berat sekali ini tema. Mengajak orang cepat kaya raya, tanpa mengajarkan pentingnya berproses, sama dengan menjerumuskannya.

Dengan perasaan bersalah terhadap panitia, saya mengubah judulnya menjadi “modal & keuntungan besar berakar dari karakter & tanggung jawab yang besar” – yang kurang lebih bermakna : bebas finansial itu upaya berat dan panjang. Bermakna pula bahwa tiada yang pintas dan gampang untuk memperjuangkan hal besar. Saya pilih menyelisihi judul yang diminta panitia daripada membohongi seratusan peserta.

Bebas finansial itu bukan hal kecil. Ada sih teman yang uangnya ngalir terus. Kata dia : “Saya sering ditiban uang sampai bingung.” Ditiban uang dan dikejar proyek itu satu hal. Bebas finansial itu hal lain lagi. Jika diminta contoh jaman kini, ada kisah Bill Gates yang penghasilannya 12,8 Trilyun per tahun. Yang uangnya akan habis dalam 30 tahun hanya jika dibelanjakan sebesar Rp 64 juta sehari. Di jaman lalu ada Abdurrahman ibn ‘Auf yang harta pasifnya puluhan Trilyun dan cukup untuk menghidupi istri, keluarga dan janda-janda begitu banyaknya.

Mereka yang bergelut di bidang bisnis atau wirausaha sebenarnya tahu pasti bahwa tidak ada yang mudah dalam mengelolanya. Segala aspeknya : mulai SDM hingga uang. Resiko rugi hingga kehilangan aset. Membuat setia karyawan juga pelanggan. Kecuali Anda hanya sekolah bisnis dan manajemen, maka semua tampak sebagai hitungan di atas kertas. Urat yang digunakan untuk belajar manajemen dan urat menjadi pelaku bisnis sepenuhnya berbeda.

Salah satu tugas kita dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat seputar bisnis, investasi dan pengelolaan keuangan adalah juga menceritakan adanya beban dan pengorbanan dalam prosesnya. Dorongan untuk wirausaha ada konsekuensinya. Jika kita cerita indahnya saja, maka kita telah mengganggu, bahkan merusak usaha bangsa dan ummat ini untuk mandiri secara ekonomi.

Jadi, berhentilah memprovokasi. Sadarkan masyarakat bahwa jika mau kaya, yang diperlukan adalah melipatgandakan upaya. Kerja keraslah, baru ceritakan prosesnya. Doronglah orang untuk terjun dan berusaha. Karena merasakan langsung asam garam itulah yang membuat mereka dewasa.

Sumber : http://www.endykurniawan.com/cepat-kaya-itu-bahaya/Seminar-Iqtishodia1-680x528