CATATAN HATI DARI PEKANBARU

oleh | May 1, 2006 | Inspirasi

Setiap kali punya kesempatan melakukan perjalanan seperti ini, apakah itu survey anak asuh atau sekedar mengantarkan Surat Pemberitahuan kepada orang tua anak asuh, hatiku haru biru. Terasa ada yang ngilu, melewati lorong-lorong kumuh dimana anak – anak itu tinggal selalu menyisakan kenangan yang tak pernah bisa kulupakan.
Dari tempat seperti inilah anak-anak itu mencoba membangun impiannya yang kuyakini takkan jauh berbeda dengan impian anak-anak lainnya yang hidupnya jauh lebih beruntung dari mereka. Impian yang takkan tenggelam walau mereka hidup dibalik dinding-dinding megah rumah-rumah mewah yang mengelilingi mereka.

Engkau mungkin tak pernah tahu diary ….

Bahwa terkadang aku dan teman – teman relawan harus berjuang untuk menemukan alamat yang tertulis di biodata mereka. Karena memang mereka tinggal di tempat yang sama sekali tidak layak. Dalam satu kesempatan aku dan seorang adik relawan bahkan pernah harus melewati got-got kotor untuk sampai ke rumah yang kami tuju. Kumuh, bau tak enak menyeruak ke mana-mana. Dan aku benar-benar menahan tangis ketika kami akhirnya kami menemukannya. Sebuah rumah petak yang dari dinding-dindingnya cahaya matahari bisa bebas masuk karena memang sudah banyak yang bolong. Sebahagian coba ditutup dengan lembaran-lembaran koran bekas.

Hilang lelah&hausku, yang tersisa hanya kegetiran. Hatiku pilu dan aku benar-benar berusaha menahan tangisku. Inilah realita itu, yang takkan pernah berakhir hanya dengan tangis.

Dear diary…..

Tahukah engkau mengapa aku begitu mencintai kerja-kerja kerelawanan ini? Tidakkah engkau merasakan kebahagiaan tersendiri ketika bisa terlibat menceriakan anak-anak kurang beruntung itu?
Engkau. . .aku dan beberapa rekan relawan mungkin adalah orang-orang beruntung yang tak pernah merasakan kepahitan itu. Tapi mereka? Nasi membuat mereka tida seberuntung teman-teman mereka yang lain, tidak seberuntung kita yang melewati masa kecil dengan keceriaan khas anak-anak, tapi apakah karena ketidakberuntungan mereka harus kehilangan impiannya?

Apakah karena itu kita lantas membiarkan mereka kehilangan masa kecil mereka, juga cita-cita mereka? Bisakah kau jawab semua itu hanya dengan tangis diary?
Tahukah juga engkau diary, bahwa diantara anak-anak itu ada yang tidak hanya kekurangan secara materi. Mereka juga kurang dalam mendapatkan kasih sayang. Dalam salah satu survey ke satu daerah diluar kota Pekanbaru beberapa waktu lalu, aku menemukan fenomena itu.
Ada sebahagiaan anak-anak yang hanya tinggal dengan ibunya saja, sementara ayahnya entah dasar apa alasan apa pergi begitu saja meninggalkan tanggung jawabnya.

Tidakkah mereka tahu bahwa anak adalah amanah yang Allah berikan yang suatu saat harus dipertanggungjawabkan.
Tidakkah mereka tahu anak-anak ini juga bisa menghadiahkan surga buat mereka. Iba aku ketika para ibu bercerita bagaimana mereka harus berjuang membesarka anak-anak mereka sendirian. Ada yang mengais rezeki dengan membuat kue, ada yang terpaksa menguras tenaga dengan mengambil upah cucian dari beberapa rumah, bahkan ada yang hanya mengharap belas kasih dari kaum kerabat.

Dear diary…..

Semoga semakin banyak hati tersentuh untuk membantu.

Sri Rahmadani, Cabang Pekanbaru

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0