CARA BERDAKWAH DI LINGKUNGAN KELUARGA

oleh | Sep 11, 2023 | Artikel

Oleh: Ustaz Kardita Kintabuwana, Lc., M.A.

Sobat Zakat yang dirahmati Allah, berdakwah
dan mengajak orang lain kepada jalan Allah merupakan ajaran inti agama Islam. Terutama
mengajak dan mendakwahi orang-orang terdekat kita yang memiliki hubungan nasab
dan darah, seperti keluarga dan kerabat. Sebagaimana Rasulullah SAW diperintahkan
oleh Allah SWT untuk mendakwahi keluarga dan kerabat terdekat beliau sebelum
mengajak orang lain. Firman Allah: “Dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu
yang terdekat.” (QS. Al-Syuara’: 214). Bahkan dakwah di lingkungan keluarga
merupakan prioritas yang harus dilakukan oleh setiap Muslim.

Di dalam berdakwah dan mengajak orang lain
kepada kebaikan, Islam tidak hanya memperhatikan mengenai substansi dan isi
dari apa yang disampaikan, akan tetapi cara penyampaiannya (uslub dakwah) juga
menjadi sesuatu yang sangat penting dalam rangka keberhasilan dakwah. Firman
Allah: “Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (QS. Ali Imran: 159).

Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam
berdakwah di lingkungan keluarga yang terkesan tidak menggurui, karena bukan
kita yang secara langsung menyampaikan dakwah atau nasihat tersebut. Apalagi
kalau dirasakan bahwa ilmu keislaman yang kita miliki masih sedikit dan dangkal.
Misalnya, dengan memberikan hadiah baik berupa buku dan majalah keislaman, dll.
Atau film-film islami yang berbentuk VCD atau kaset ceramah dari para dai
kondang, dll. Bisa juga mengajak mereka ke majelis taklim dan berbagai
pengajian.

Khususnya ketika kita berinteraksi atau berdakwah
kepada kedua orangtua kita, yang mungkin pemahaman mereka tentang agama masih
kurang atau bahkan mungkin mereka berbeda keyakinan dengan kita. Maka yang
harus betul-betul kita perhatikan adalah agar senantiasa bersikap dengan baik dan
sopan. Bahkan kalau sekalipun mereka memaksa kita kepada hal-hal buruk yang bertentangan
dengan ajaran agama, maka hendaklah menolaknya dengan cara yang baik dan lemah
lembut sebagaimana firman Allah SWT: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…” (QS.
Luqman: 15).

Berhati-hatilah agar kita tidak jatuh
kepada dosa besar, yaitu mendurhakai kedua orangtua kita dengan cara berkata
kasar, membentak atau memaki-maki. Karena itu semua akan menyebabkan Allah
murka dan kita jauh dari rahmat-Nya. Rasulullah SAW bersabda: “Maukah aku
beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau
ulangi). Sahabat berkata: ‘Baiklah, ya Rasulullah’. Nabi SAW kemudian berkata:
“Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, saksi palsu, dan perkataan
bohong.”

Namun perlu kita perhatikan, durhaka atau
tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat, karena ketaatan
pada orangtua tidak bersifat mutlak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dengan bermaksiat
kepada Allah.” (HR. Ahmad). Seorang anak tidak dianggap durhaka jika menolak
sesuatu yang diperintahkan orang tua yang melanggar syariat agama, misalnya orangtua
memerintahkan anak memakai jimat, atau orangtua menyuruh ngalap berkah di
kuburan, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka.
Seorang anak tidak dianggap durhaka ketika orangtuanya melarang sang anak
menjalankan syariat Islam, misalnya melarang anaknya shalat berjamaah, memakai
jilbab, berjenggot, menuntut ilmu, dll.

Seorang anak tidak dianggap durhaka jika menasihati
orangtuanya yang melakukan maksiat dan melanggar ketentuan syariat dengan penuh
kelembutan dan kasih sayang, meskipun orangtuanya murka dan sakit hati. Bahkan
ini termasuk bakti kepada orangtua karena mencegah mereka dari perbuatan haram.
Karena keridhaan kita kepada kemungkaran yang dilakukan orangtua kita itulah
sebenarnya yang menyebabkan kemurkaan Allah SWT, sabda Rasulullah SAW, “Siapa
yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan
murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat
Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha
sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan
orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan Ridha pula padanya,
sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya
di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Thabrani)

Sahabat Zakat yang budiman, semoga apa yang
dijelaskan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bishawwab.

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0