Dalam Islam, zakat merupakan salah satu aspek yang penting
dalam upaya memberikan kesejahteraan kepada pemeluknya. Zakat pun disebut
sebagai pembersih harta dari kotoran-kotoran yang mungkin melekat kepadanya.
Hal tersebut termaktub dalam firman-Nya surah At-Taubah ayat
103 berikut ini:
“Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Zakat Simpanan untuk
Keluarga
Pembayaran zakat simpanan (tabungan atau emas) kepada
keluarga merupakan bentuk kepedulian dan kecintaan yang mendalam terhadap
anggota keluarga. Islam mengajarkan pentingnya saling membantu dan merawat satu
sama lain, termasuk dalam hal memberikan zakat kepada mereka yang membutuhkan.
Lalu, bolehkah menyalurkan zakat simpanan kepada keluarga?
Baca Juga: Inilah Ibnu Sabil yang Berhak Mendapatkan Zakat
Sebenarnya, menggunakan zakat untuk membantu keluarga
sendiri adalah tindakan mulia yang dianjurkan oleh agama. Rasulullah saw.
pernah bersabda:
“Sedekah yang paling afdhal atau utama adalah sedekah yang
diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi.” (H.R. Thabrani
dan Abu Dawud.)
Dalil tentang bolehnya membayar zakat simpanan untuk
keluarga dapat ditemukan dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 60. Dalam ayat
tersebut disebutkan delapan golongan yang berhak menerima zakat, salah satunya
adalah “wal mu’allafatu
qulubuhum” yang merupakan orang-orang yang diberi hati yang perlu
dikuatkan imannya, termasuk di antaranya keluarga sendiri yang membutuhkan
bantuan.
Syarat Zakat kepada
Keluarga
Namun demikian, terdapat syarat-syarat yang perlu dipenuhi
dalam memberikan zakat kepada keluarga. Apa saja syaratnya?
1. Keluarga yang diberikan zakat harus memenuhi syarat
sebagai mustahik, yakni dalam keadaan membutuhkan atau kurang mampu secara
finansial.
Jika misalnya orangtua, anak, atau istri sendiri yang
termasuk ke dalam mustahik zakat, maka sebenarnya mereka harusnya dinafkah dan
bukan dizakati. Memberikan nafkah kepada keluarga merupakan bentuk kasih sayang
dan cinta.
Sehingga zakat untuk keluarga bisa disalurkan untuk paman,
bibi, sepupu, dan sebagainya.
Baca Juga: Zakat Membersihkan Harta
2. Pemberian zakat harus dilakukan dengan penuh ikhlas dan
tidak mengharapkan imbalan atau pamrih dari penerima zakat. Rasulullah saw. pernah
bersabda:
Dari Hakîm bin Hizam
r.a, dari Nabi saw., Beliau saw. bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik
daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi
tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang
tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan
menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan
kecukupan kepadanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
3. Selain itu, dalam memberikan zakat kepada keluarga,
penting untuk menjaga agar tidak terjadi pemiskinan lintas generasi. Zakat
sebaiknya diberikan dengan bijak dan disertai dengan usaha untuk memberdayakan keluarga
agar dapat mandiri secara finansial.
Dengan demikian, pemberian zakat akan berdampak positif
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menjaga keharmonisan dan
keutuhan keluarga sebagai inti dari masyarakat yang sejahtera.
Sahabat pun bisa pula menyalurkan zakatnya melalui lembaga
zakat terpercaya di Indonesia, misalnya melalui Rumah Zakat.
Rumah Zakat siap menyalurkan zakat Sahabat kepada para
mustahik zakat yang benar-benar membutuhkan.
Selain itu, zakat Sahabat pun akan diperuntukkan untuk
program-program pemberdayaan masyarakat sehingga lebih terasa kebermanfaatannya
bagi para mustahik.
Mari salurkan zakatnya melalui Rumah Zakat dengan mengikuti
tautan berikut ini!