Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menghadapi situasi di mana kebohongan kecil terasa seperti solusi terbaik, terutama saat berhadapan dengan anak-anak.
Misalnya, ketika orang tua mengatakan bahwa dokter tidak akan menyuntik, padahal kenyataannya berbeda. Alasannya sederhana, yaitu agar anak tidak takut.
Namun, pertanyaannya, apakah kebohongan demi kebaikan ini dibenarkan dalam Islam? Apakah ada batasan tertentu yang harus diperhatikan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk simak terus pembahasan berikut!
Pandangan Islam tentang Kebohongan
Dalam Islam, kebohongan adalah suatu perbuatan yang sangat jelas larangannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah kalian berkata jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan jauhilah oleh kalian berbohong, karena kebohongan itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kejujuran merupakan salah satu akhlak mulia yang menjadi fondasi kehidupan seorang Muslim. Kebohongan, meski terlihat kecil atau tidak berbahaya, tetap memiliki dampak buruk.
Dalam Al-Quran surah Al-Ahzab: 70, Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70).
Bohong pada Anak
Ketika berbicara tentang kebohongan kepada anak, sering kali niatnya adalah untuk melindungi mereka dari rasa takut atau kekecewaan. Namun, perlu disadari bahwa anak-anak adalah peniru ulung.
Jika mereka melihat orang tua sering berbohong, bahkan untuk alasan yang dianggap baik, mereka bisa menganggap kebohongan sebagai hal yang wajar.
Islam sangat menekankan pentingnya mendidik anak dengan nilai-nilai kebenaran sejak dini. Rasulullah SAW pernah mengingatkan pentingnya tidak berbohong kepada anak-anak.
“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemari, aku akan memberikan sesuatu kepadamu,’ kemudian dia tidak memberikannya, maka itu adalah kebohongan.” (HR. Ahmad).
Cara yang Lebih Baik
Alih-alih berbohong, ada banyak cara lain yang lebih baik untuk mengatasinya daripada harus berbohong pada anak. Nah, salah satunya adalah dengan berkata jujur namun menggunakan pendekatan yang lembut.
Misalnya, jika anak takut disuntik, orang tua bisa berkata, “Suntikan mungkin akan terasa sedikit sakit, tapi itu membantu tubuhmu menjadi lebih sehat.”
Selain itu, orang tua juga bisa menggunakan cara bercerita untuk menjelaskan situasi yang sulit dipahami oleh anak.
Cerita-cerita ini tidak hanya membantu anak memahami keadaan dengan cara yang menyenangkan, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebenaran secara tidak langsung.
Dengan cara-cara ini, anak belajar bahwa kejujuran adalah hal yang penting tanpa merasa tertekan.
Kesimpulan
Jadi, dalam Islam, berbohong bukanlah sesuatu yang dibenarkan, sekalipun itu kepada anak demi kebaikannya. Kejujuran harus tetap menjadi prioritas, karena itulah yang akan membentuk karakter anak di masa depan.
Dengan berkata jujur dan menggunakan pendekatan yang bijaksana, kita tidak hanya menjaga nilai-nilai Islam, tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik dengan anak. Nah, sekian artikel kali ini. Yuk, ikuti informasi seputar Islam lainnya bersama kami di Rumah Zakat.