SEMARANG. Siswa SD Juara Semarang menggelar Malam Bina Imam dan Takwa (Mabit) Jumat (13/1) dan Sabtu (14/1). Kegiatan ini diikuti siswa kelas III dan IV SD Juara Semarang. Sekolah mengadakan Mabit ini di luar sekolah. Tepatnya di komplek sekolah alam Semarang yang sejuk dan rindang.
Sekolah tersebut berada di samping persawahan di salah satu kampung di Tembalang Semarang. Kegiatan yang bertema Change for Better Future ini bertujuan untuk memberikan motivasi, pembiasaan dekat pada Allah SWT dan juga penyadaran pentingnya berbakti pada orangtua. Hal itu terlihat dari kontent acara yang diadakan diantaranya; wirid al Matsurat, qiyamul lail, dan muhasabah. Selain itu untuk menyadarkan siswa tentang pentingnya berbakti pada orangtua di malam Sabtu mereka disuguhi talkshow berbakti pada orangtua ini. Bentuk acaranya ada 4 guru yang berstatus yatim/piatu bercerita secara bergantian pengalaman mereka ketika ada dan tidak adanya salah satu orangtua mereka. Hampir semua siswa menangis terharu mendengar parade cerita para guru.
Pagi harinya siswa dibangunkan pukul 03.00 WIB pagi untuk muhasabah dan qiyamul lail. Untuk acara muhasabah, guru telah menyiapkan prototipe batu nisan yang telah ditempel nama-nama salah satu orangtua siswa dan ditancapkan ke tanah layaknya pekuburan. Salah satu guru memberikan agitasi terkait bagaimana hubungan siswa selama ini dengan orangtua dan bagaimana jika orangtua mereka lebih dulu meninggal. Kembali isak tangis membuncah. Setelah muhasabah dilanjutkan dengan qiyamul lail hingga menjelang subuh.
Setelah solat subuh dan wirid al Matsurat siswa diajak jalan-jalan menyusuri sungai besar yang mengitari kampung tempat acara diadakan. Karena malam harinya hujan maka jalananpun becek. Kondisi itu semakin menambah asyik perjalanan. Terlihat sekali keceriaan dan keriaangan siswa sepanjang perjalanan.
Usai perjalanan dan sarapan pagi, siswa diajak berkunjung kerumah seorang nenek tua yang sudah berumur 90 tahun. Nenek tersebut adalah istri dari orang yang dulu membuka tanah kampung menjadi perkampungan. Namun tidak banyak warga yang tahu dan peduli dengannya. Siswapun menyalami dan mendengarkan cerita sang nenek. Sekolah memberikan bingkisan sembako dan uang untuk membantu nenek tersebut. Semua siswa merasa puas dan senang dengan serangkaian acara Mabit kali ini. Banyak dari mereka yang meminta pada guru untuk diulang lagi acara serupa di waktu mendatang. Dari 2 kelas hanya 1 siswa yang berhalangan ikut karena neneknya sakit.***
Newsroom/Joko Kristiyanto
Semarang