BIDADARI ITU BERNAMA WANITA DUNIA

oleh | Dec 15, 2010 | Inspirasi

Oleh Muhammad Haden Aulia Husein

\”Mereka (kaum wanita) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf…\”(Al-Baqarah: 228).

Betapa dunia telah dijadikan indah oleh Allah dan sangat menarik sehingga ia mampu mengisi ruang hati seorang hamba. Ia seolah menjadi fajar yang memendarkan cahaya di relung gelap bernama keinginan. Ini adalah fitrah yang taksatupun mahluk mampu menahan deburan kenyataan gelombangnya. Fitrah yang membuat keterkaitan komponen biologis manusia dan mampu menyamakan unsur-unsur kimiawi di antara pribadi yang berbeda. Ia membuat para pria tenggelam ke dalam makna ambigu antara fitrah dan nafsu. Ia adalah mahluk indah yang Allah ciptakan bernama wanita.

Wanita tetaplah wanita. Mereka adalah makhluk mulia yang Allah berikan berjuta kelebihan. Ia mampu menjadi bara semangat bagi suaminya ketika hendak bekerja, menjadi pelipur jiwa di kala duka dan menjadi pengobat diri di kala terluka. Ia adalah wanita, tiada habis kata untuk memuliakannya. Khalifah Umar R.A. yang terkenal keras dan tegas pun pernah mencontohkan betapa ia sangat menghormati wanita. Dalam sebuah dialog dengan seorang rakyatnya yang hendak mengadukan perihal pertengkaran dengan istrinya.

Ternyata ia patah arang ketika mendengar sang khalifah sedang terdiam mendengarkan istrinya yang sedang mengomelinya. Khalifah Umar RA berkata dan berpesan kepada orang tersebut:
\”Kamu lihat rumahku teramat sangat sederhana, jangankan pembantu, untuk kebutuhan sehari-hari saja kadang aku takmampu memberikannya kepada istriku. Aku sama sekali tidak bisa membantu meringankan pekerjaannya karena kesibukanku sebagai Khalifah. Tahukah kamu seberapa berat beban yang harus dia tanggung? Setelah dia membersihkan seisi rumah sendirian, memasak untuk diriku, ia harus merawat dan mendidik anak-anakku. Semua dia lakukan sendiri karena saya tidak bisa membayar pembantu untuk meringankan bebannya, padahal semua itu adalah tugas saya. Memuliakan seorang istri di dalam rumahnya adalah tugas suami. Namun, saya terlalu miskin untuk menggaji pembantu sehingga dia harus mengerjakan semua sendiri. Untuk itu hanya sekedar diomeli saja kenapa saya harus marah, setelah melihat pengorbanannya kepada keluarga.\”

Maha Suci Allah, betapa banyak pribadi kita yang sering menjadikan wanita hanya bagian terkecil dari kehidupan ini. Menganggapnya sebagai pribadi lemah dan tiada berguna. Hanya merasa pribadilah paling berharga dibandingkannya.

Wahai jiwa sombong, ingatkah engkau akan perjuangan Ibumu? Ketika ia menahan sakit melahirkanmu dengan susah payah dan berkalung derita. Keselamatannya tidak dipedulikan ketika melahirkan engkau sang buah hati. Kapan waktu luang yang kau sediakan untuknya? Apakah harus menunggu ketika dia sudah renta atau bahkan tiada. Lalu di mana rasa sayangmu untuknya? Apakah harta akan membuatnya bahagia? Tidak. Sekali lagi tidak. Renungkanlah dengan seksama dalam jiwamu yang terbelenggu, apa yang sudah kau baktikan untuk kebahagiaan ibumu. Harta merupakan alasan kau mengurangi rasa cintamu kepada bunda. Jadikan mereka sebagai ladang pahalamu dan mengantarkanmu ke dalam keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Sehingga ia akan menutup pintu-pintu fitnah yang bisa mengantarkanmu ke dalam neraka-Nya yang panas menyala.

\”Saya tidak meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bahaya bagi lelalki daripada wanita\” (H.R Bukhori dan Muslim).

Mari kita sadarkan diri agar Allah meridhoi diri pada setiap langkah kita. Mari berhenti sejenak untuk bermunajat kepada-Nya agar diberikan kesempatan waktu untuk bisa memaksakan jiwa yang pongah ini ke dalam cinta-Nya. Mari awali dengan berbuat baik kepada ibu dan istri kita. Menjaganya dengan penuh tanggung jawab dan cinta kasih karena sesunguhnya mereka adalah makhluk mulia.
\”Ya Allah, ampunilah bagiku segala dosaku dan juga dosa dua ibu bapaku dan kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka memelihara dan mendidikku di masa kecil\”(QS An-nur 28 dan Al-isra’ 24).

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0