[:ID]WONOGIRI. Sudah menjadi hal yang lumrah apabila anak muda di desa berbondong-bondong merantau ke kota setelah lulus SMA. Tujuannya tidak lain adalah untuk mencari kerja. Melihat fenomena tersebut, beberapa tokoh masyarakat Desa Ngancar Giriwoyo Wonogiri meresahkan hal tersebut. Begitupun dengan Muhammad Yasin yang merupakan tokoh pemuda setempat, ia memiliki pemikiran yang sama. “Kalau semua pemuda merantau ke kota, lalu siapa yang akan membangun desa? Mungkin salah satu solusinya adalah harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” ujar Yasin kepada Relawan Rumah Zakat, Nofrida.
Rumah Zakat menangkap dan mengapresiasi masukan tersebut. Maka dari itu, Rumah Zakat berinisiatif untuk mengadakan sarasehan berupa motivasi untuk berwirausaha kepada para pemuda. Selain itu, relawan juga memberikan brainstorming dengan calon penerima manfaat, yakni anggota aktif karang taruna.
Pada Ahad, (18/06) relawan Rumah Zakat mengadakan praktek kewirausahaan di Desa Ngancar bersama beberapa anggota karang taruna. Mereka langsung berbelanja barang yang dibutuhkan untuk praktek bersama yang akan diselenggarakan dikediaman Teguh Supriyanto, S.Ag, M.Pd.I, ketua BPD desa Ngancar.
Bahan pokok yang digunakan dalam praktek kewirausahaan kali ini adalah berbahan dasar buah-buahan. Berawal dari pemanfaatan pisang, akhirnya divariasikan dengan berbagai buah lainnya. Es buah lumur coklat, demikian kreasi yang akan dibuat remaja putri. Satu persatu, buah dikupas dan dipotong kecil-kecil, lalu disusun berselang-seling dalam sebuah tusuk sate. Kemudian dimasukkan ke dalam freezer dan selanjutnya dilumuri cokelat dan berbagai topping seperti meses, dll. Proses pembuatan ini berlangsung selama 2 hari.
Selain diajarkan untuk membuat produk sendiri, relawan Rumah Zakatpun memberikan pengarahan untuk menentukan harga jual. Mulyadi, seorang petani ulet dan penjual kayu mengapresiasi rintisan usaha tersebut. “Kegiatan yang diadakan oleh relawan Rumah Zakat tersebut sangat bagus. Biarkan anak-anak merasakan sulitnya mencari uang, tidak hanya sekedar meminta saja,” ungkapnya dalam Bahasa Jawa.
Setelah membuat es buah lumur cokelat, malam harinya es tersebut dibawa ke area masjid untuk dijual. Target pembelinya adalah warga yang sudah melakukan shalat berjamaah. Kegiatan tersebut dilakukan setiap malam hingga dagangan yang dibawanya habis.
Dengan adanya kegiatan seperti praktek kewirausahaan ini, diharapkan anak-anak muda di desa tidak lagi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, melainkan memajukan ekonomi desanya dengan menciptakan lapangan pekerjaan melalui wirausaha.
Newsroom/Dian Ekawati
Wonogiri
[:en]WONOGIRI. It has become commonplace when young people in the village flock to the city after graduating high school. The goal is none other than to find work. Seeing the phenomenon, some community leaders Ngupun Village Giriwoyo Wonogiri are concern about it. Likewise with Muhammad Yasin who is a local youth figure, he has the same thoughts, “If all the youth are traveling to the city, then who will build the village? Maybe one solution is to be able to create their own jobs” Yasin said to Volunteers Rumah Zakat, Nofrida.
Rumah Zakat understand and appreciates the input. Therefore, Rumah Zakat took the initiative to conduct a seminar in the form of motivation to entrepreneurship training to the youth. In addition, volunteers also provide brainstorming with potential beneficiaries, ie active members of youth forum.
On Sunday (06/18) volunteers Rumah Zakat held entrepreneurial practices in Ngancar Village along with some members of youth forum. They immediately shop for items needed for joint practice to be held in the residence of Teguh Supriyanto, S.Ag, M.Pd.I, chairman of BPD Ngancar village.
The basic ingredients used in entrepreneurial practice this time are based on fruits. Starting from the utilization of bananas, eventually varied with various other fruits, chocolate Ice fruit, the creations that will be made by women group. One by one, the fruit is peeled and cut into small pieces, then arranged alternately in a skewer. Then put in the freezer and then covered with chocolate and various toppings such as meses, etc. This manufacturing process lasts for 2 days.
Besides being taught to make their own products, Rumah Zakat volunteers provide guidance to determine the selling price. Mulyadi, a resilient farmer and timber seller appreciated the pioneering effort. “The activities held by volunteers Rumah Zakat is very good, let the children feel the difficulty of making money, not just ask for it,” he said in the Java language.
After making chocolate fruit ice, the evening was brought to the mosque area for sale. Target buyers are citizens who have been doing congregational prayers. Activities are conducted every night until the merchandise he carried out.
With activities such as this entrepreneurial practice, it is expected that young people in the village no longer wander to the city to find work, but to promote the economy of the village by creating jobs through entrepreneurship.
Newsroom/Dian Ekawati
Wonogiri[:]