[:ID]PONOROGO. (3/8) Beternak, khususnya kambing dan sapi, sesungguhnya bukan pekerjaan yang asing bagi warga Desa Berdaya Morosari Sukorejo Ponorogo. Tetapi taraf hidup peternak Morosari dari tahun ke tahun tidak beranjak kunjung membaik adahal warga Morosari menjadikan ternaknya sebagai solusi keuangan andalan di saat-saat darurat, seperti menjelang Lebaran ataupun Tahun Pelajaran baru. Sehingga saat menjelang Idul Adha, yang sejatinya menjadi peak season (‘masa panen’) bagi peternak, warga Morosari justru tidak merasakan untungnya, karena ternak di kandangnya nyaris tak bersisa.
Berawal dari keprihatinan akan hal itu, Amah Hida sebagai Fecilitator Desa Berdaya untuk Morosari, pada 16 Agustus 2016 menginisiasi terbentuknya Kelompok Ternak Morosari Mandiri yang kini beranggotakan 43 orang. PokNak ini didampingi pula oleh dua orang tenaga ahli dari Genpro Ternak Ponorogo, yaitu drh. Mahendra dan drh. Siti Barokah. Secara bergantian, kedua konsultan tersebut melakukan pembinaan kepada anggota PokNak Morosari Mandiri.
Secara berkala, Amah pun melakukan kunjungan kepada member PokNak untuk memotivasi agar terus bersemangat mengembangkan usahanya. Seperti yang ia lakukan pada Ahad (30/Juli), yaitu berkunjung ke kandang kambing milik Sarengat, Ketua PokNak Morosari Mandiri di Dusun Lorkali. Kandang yang dikelilingi oleh rumput Gajah dan kaliandra tersebut sekarang dihuni oleh 13 ekor kambing perah jenis PE dan Saneen.
“Alhamdulillah, berkat pembinaan dari Rumah Zakat, saya sejak setahun lalu mengubah strategi ternak saya, dari peternak biasa menjadi pebisnis peternakan. Dulu saya beternak penggemukan kambing Jawa, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Kemudian berganti ke domba Merino, hasilnya lumayan, tetapi butuh waktu cukup lama. Sekarang saya ganti ke kambing perah PE dan Alhamdulillah sejak April kemarin sudah produksi susu dan menjual rata2 dua sampai tiga liter per hari. Saya kemas dalam botol 500ml dan di Ponorogo ini bisa laku per botolnya 20.000 rupiah. Jadi setiap hari saya bisa mendapatkan 120.000 rupiah. Waktu tunggunya juga tidak lama. Begitu melahirkan, induknya sudah bisa memproduksi susu. Sedangkan anaknya saya beri susu sapi segar, yang harganya 9.000 rupiah per liter,” Tutur Sarengat (52 thn)
Pada kesempatan itu Amah Hida juga ainul mendorong agar ada kerja sama di dalam PokNak Morosari Mandiri, terutama untuk membantu anggota yang masih tergolong dhuafa. Ia juga menggagas agar ada sistem gaduh antar anggota, anggota yang punya indukan bisa membantu anggota lain yang terkendala soal bibit and biaya operasionalnya.
Newsroom/ Lailatul Istikhomah Ponorogo[:en]PONOROGO. (3/8) Breeding, especially goats and cattle, is not really a strange job for the people of Morosari Empowered Village Sukorejo Ponorogo. But the life of Morosari breeders from year to year is not improving whereas Morosari residents make their livestock as a financial solution mainstay in times of emergency, such as for Eid fitr or New School Year. So when the Eid al-Adha, which is actually a peak season (‘harvest’) for farmers, Morosari residents got nothing because no cattle left.
Starting from this concern, Amah Hida as Empowered Village Facilitator for Morosari, on August 16, 2016 initiated the formation of Morosari Mandiri Livestock Group which now consists of 43 people. The group is accompanied also by two experts from Genpro Livestock Ponorogo, namely drh. Mahendra and drh. Siti Barokah. Alternately, the two consultants conducted guidance to members of Morosari Mandiri Livestock Group.
Periodically, Amah also makes a visit to the group members to motivate to continue to be eager to develop their business. As she did on Sunday (30 /07), which is to visit the goat pens owned by Sarengat, Chairman of Morosari Mandiri Livestock Group in Lorkali Hamlet. The enclosure surrounded by grass Elephant and Kaliandra is now inhabited by 13 goat dairy type of PE and Saneen.
“Alhamdulillah, thanks to the assistance from Rumah Zakat, I changed my animal husbandry strategy from a year ago, from rancher to business rancher, I used to grow Java goat, but the result was not satisfactory, then changed to Merino lamb, the result is good, Now I change to dairy goat PE and Alhamdulillah since April the cow produce two to three liters per day. I packed it in 500ml bottle and in Ponorogo it can be sold 20.000 rupiah per bottle, so every day I can get 120.000 rupiah”The waiting time is not too long,” said Sarurat (52 yrs).
On that occasion Amah also encourage cooperation in Morosari Mandiri Livestock Group, especially to help members who are still classified as poor. She also initiated that there is a Gaduh system between members, members who have sires can help other members who are constrained about the seeds and operating costs.
Newsroom / Lailatul Istikhomah Ponorogo[:]