Oleh: Iwan Kartiwan Mashur, Lc
Setiap musim haji tiba khususnya hari raya Idul Adha atau Idul Qurban, setiap kita kembali dingatkan akan sebuah perjalanan sejarah sosok manusia yang gemilang dan luar biasa, ia adalah Ibrahim As, Khalilullah ( kekasih Allah ). Begitu dekat dan disayang oleh Allah, hingga Allah mengabadikan nama dan sosok kepribadianya sebagai tauladan bagi kita semua. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. QS (60:4)
Beberapa pelajaran yang harus kita teladani dari Ayahanda Nabi Ismail as :
1. Kepribadian seorang muslim yang jelas.
Hal ini beliau buktikan dengan penyerahan diri secara total kepada Allah swt ; “ Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam” QS (2:131). Kemudian beliau mewasiatkan penyerahan diri (islam) tersebut kepada generasi penerus berikutnya. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. QS (2 : 132).
2.Kegigihan dalam memperjuangkan Aqidah (keyakinan).
Prinsip yang dipegang dalam rangka memperjuangkan dan memanivestasikan keyakinannya dikenal dengan prinsip “ Al walaa wal Barraa “ Yakni menyerahkan loyalitas dan keberpihakan sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya seraya melepaskan diri dan mensucikanya dari kekufuran dan kesyirikan.
3.Ketaatan yang optimal kepada Allah.
Setiap perintah dan ujian yang Allah timpakan kepada beliau, selalu dilaksanakan tanpa ragu bahkan berupaya menyempurnakan secara optimal. Sebagaimana Allah firmankan : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (dengan sempurna). Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. QS (2:124).
4.Kecintaan kepada Allah dan Rasul melebihi cinta pada yang lainnya.
“ Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” QS (9:24)
5.Ketawakalannya kepad Allah.
Bentuk tawakkal ini beliau ungkapkan dengan doa dan ikhtiar yang maksimal. Terbukti beliau adalah Nabi yang doanya banyak diabadikan didalam Al quran, dari mulai doa untuk dirinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” QS.(14:40), doa untuk kedua orang tua dan kaum mukminin; “Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mumin pada hari terjadinya hisab ( hari kiamat)”.QS (14:41), bahkan doa untuk kesejahteraan ummat agar mereka menjadi hamba-hamba Allah.; “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. QS (14:35).
Semoga kita semua menjadi pembelajar yang baik, Amin.