BANDUNG. Tiba di rumah Asep Suhaeri salah satu warga binaan Rumah Zakat, sejenak pandangan tertuju pada rumah petak 3 x 7 meter, sisi kanan-kiri rumah padat, berdempetan dengan tetangga, tempelan papan dan kayu tersembul di sana-sini menjadi hiasan utama dalam rumah, petak ruangan itu ternyata dibagi menjadi ruang keluarga, kamar, dapur dan kamar mandi sekaligus. Lebih jauh berbincang ada yang beda, dengan bapak yang senantiasa murah senyum itu.
Ia ternyata “mengakali” rumahnya dengan sambungan-sambungan papan dan kayu seadanya menjadi 3 lantai , tangga super ramping pun dijajal mengantar ke lantai 2 dan 3, tepat di depan ruangan depan lantai 2 terpajang beberapa Kotak Kandang Kenari bersusun seadanya, berhimpit dengan ruang-ruang kamar, agak menjorok di sela-sela genting tetangga. Rupanya dari Burung-Burung Kenari itulah Asep Suhaeri bisa menghidupi 3 anak dan satu istrinya. Kali pertama merawat Burung Kenari agar bisa bertelur dan menetas membutuhkan waktu 9 bulan. Kondisi fisiknya yang tidak fit, ditambah kondisi istri yang sedang mengandung 8 bulan (Anak yang ke- 3), untuk menunjang kebutuhan sehari-hari dipenuhi dari jualan warung kecil-kecilan tanpa kenal lelah. Dalam realitanya walau sudah satu tahun belum menghasilkan bisnis yang digulirkannya itu.
Beruntunglah dia masih mempunyai bisnis Burung Kenari bantuan dari Rumah Zakat yang terus dirawatnya. Kisah Itu adalah kondisi 3 tahun yang lalu yang terekam oleh Micro Busines Officer Rumah Zakat Agus Wahid. Petugas yang mendampingi usaha Asep Suhaeri. Cerita tersebut terjadi tepatnya di awal bulan Juni 2009, kini Asep sudah tidak khwatir lagi. Jerih payah dan ketekenunannya telah membuahkan hasil. Induk kenari yang dirawatnya telah beranak bahkan sampai ada yang sudah bertelor 12 kali. Per ekor kenari anak dijual Rp200 ribu hingga Rp250 ribu , sementara yang usia 4 bulan dijual sekitar Rp400 ribu hingga Rp500 ribu Rata-rata perbulan Ia bisa menjual 10 hingga 20 ekor sehingga dalam sebulan total pendapatannya berkisar Rp2,5 juta hingga Rp3 juta. “Lumayan bisa untuk membiayai anaknya sekolah dan kebutuhan sehari- hari. Warung kecil yang dijaga istrinya sudah tidak beroperasi,” ujarnya. Yang unik dari usaha beternak Burung Kenari ini adalah cara Asep nama panggilan akrabnya memasarkan Burung-Burung kenarinya. Calon konsumen datang tidak melalui promosi khusus tetapi mengetahui burung anakan kenari Asep.
Kelebihan Burung Kenarinya adalah kualitas suaranya bagus, warnanya lucu-lucu dan pemasaran burung ini dari mulut ke mulut. Terkadang pembeli harus memesan anakan yang belum dewasa agar menjadi miliknya. Kelebihan Asep Suhaeri dalam memasarkan burungnya, pembeli dibuatkan satu set kandang dengan harga tersendiri, anehnya konsumen bisa datang ke rumahnya dan memilih langsung dari kandangnya. Walau pun posisi rumahnya di gang sangat sempit dan terletak di pemukiman yang sangat padat. Ia sangat berterimakasih kepada Rumah Zakat yang telah memfasilitasi usahanya sehingga bisa mandiri secara finansial, walaupun dengan segala keterbatasan yang dimiliki Asep Suheri membutktikan dengan ketekunan dan kesabaran upaya yang dilakukan membuahkan hasil yang meggembirakan.*** Newsroom/Agus Wahid Bandung