APA ITU MAKANAN TRANSGENIK?

oleh | Mar 31, 2015 | Inspirasi

tanaman-yang-dimodifikasi-atau-transgenik-_150331132500-786Selain makanan organik, mungkin Anda pernah mendengar makanan transgenik. Beberapa jenis makanan hasil rekayasa genetik tersebut, terutama bahan pangan impor, sudah beredar di pasaran. Amankah mengonsumsi makanan transgenik?
Prof. DR. Ir. Ali Khomsan, MS, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor menjawab kekhawatiran Anda.

Dikutip dari parentsindonesia.com, pangan transgenik adalah pangan yang diproduksi dengan cara mencangkokkan gen tertentu yang berasal dari luar pangan dengan maksud pangan yang dihasilkan mempunyai keunggulan tertentu, misalnya beras yang semula tidak mengandung betakaroten menjadi kaya betakaroten atau kedelai dengan kandungan lemak tak jenuh yang lebih tinggi. Di AS, pangan transgenik diterima oleh konsumen ataupun pemerintahnya, tapi tidak demikian di negara-negara Eropa. Jadi kalau kita impor kedelai dari AS, kemungkinan kedelai tersebut transgenik.

Dengan transfer gen, telah dihasilkan tanaman jagung, bit, dan kedelai yang toleran terhadap pestisida glyphosate. Penyemprotan glyphosate akan mematikan semua gulma tanpa sedikitpun memengaruhi tanaman pangan yang sudah dibuat tahan glyphosate. Jagung Bt adalah hasil rekayasa genetika karena salah satu gennya diambil dari bakteri. Tanaman jagung Bt dapat menghasilkan racun bagi insektisida penyebab kerusakan. Jadi, insektisida yang menyerang jagung Bt akan musnah setelah mencicipi jagung yang mengandung toksik itu.

Manipulasi gen pada tomat dilakukan dengan tujuan agar tomat bisa masak secara penuh dan tetap dalam kondisi baik ketika menempuh transportasi yang panjang dari kebun, pedagang, pengumpul sampai ke supermarket. Tomat hasil rekayasa genetika ini dikenal dengan nama tomat Flavr Savr. Bahkan ada produk transgenik yang juga bermanfaat bagi kesehatan. Kedelai high oleic diklaim sebagai kedelai yang lebih sehat karena kandungan asam lemak jenuhnya lebih rendah.

Data dari USDA Economic Research Service menunjukkan bahwa pada 1998 diperkirakan 44 persen tanaman kedelai di AS menggunakan proses transgenik (tahan glyphosate). Sebagian kedelai AS diekspor ke berbagai negara termasuk ke Indonesia, bahkan Indonesia menerima bantuan kedelai AS yang kemudian diproses menjadi susu untuk anak-anak sekolah.

Faktor makanan seperti konsumsi lemak dan antioksidan dapat memengaruhi munculnya insiden penyakit tertentu pada manusia. Sebagian pangan transgenik diciptakan secara sengaja untuk mengubah komposisi karbohidrat, asam lemak, dan antioksidan. Perubahan komposisi gizi dan non-gizi ini tentu akan berdampak pada asupan gizi orang yang mengkonsumsinya.

Karena itu, perlu diwaspadai bahwa kandungan gizi yang tinggi pada pangan transgenik tidak selalu berarti baik karena asupan gizi seimbang jauh lebih penting untuk mencegah penyakit. Apalagi untuk balita dan bayi yang keragaman konsumsinya masih terbatas.

Publikasi FAO/WHO yang berjudul Safety Aspects of Genetically Modified Foods of Plant Origin antara lain menyimpulkan bahwa masalah yang mungkin muncul dari dampak jangka panjang konsumsi pangan yang dimodifikasi gennya masih sangat sedikit diketahui. Pada dasarnya plus-minus pangan transgenik memerlukan perhatian kita semua. Tanggung jawab moral dapat dibebankan pada para ilmuwan peneliti pangan transgenik dan juga pada pemerintah yang mengeluarkan kebijakan boleh tidaknya pangan jenis ini diperkenalkan di pasaran untuk konsumsi masyarakat.

Kita sebagai konsumen tetap harus bersikap kritis untuk bisa mendapatkan hak konsumen yaitu hak memperoleh pangan yang aman dan hak untuk memperoleh informasi yang benar.

Sumber: republika.co.id

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0