Apa Itu Istidraj?

oleh | Sep 22, 2023 | Inspirasi

Pernahkah Sahabat bertanya-tanya mengapa ada orang yang diberikan kenikmatan dunia yang luar biasa padahal ia ingkar kepada Allah? Hartanya berlimpah ruah, kesehatannya prima, pekerjaannya bagus, keluarganya pun tampak bahagia. Allah memberikan banyak kenikmatan hidup bagi orang tersebut seakan-akan tanpa batas.

Tak hanya itu, apa yang diinginkannya cepat terkabul. Seakan-akan hidupnya begitu mudah dan serba menyenangkan. Padahal, orang tersebut tidak taat pada perintah Allah. Salat bolong-bolong, Al-Qur’an entah kapan terakhir dibaca, puasa Ramadan tak pernah ingat. Ia pun bermaksiat ini dan itu. Namun, mengapa Allah tetap memberikan kenikmatan dunia kepada orang yang seperti itu?

Sahabat, sebenarnya, orang-orang yang dianugerahi harta yang berlimpah dan kesenangan dunia yang tak putus-putus sementara ia tidak taat kepada Allah sebenarnya dalam Islam disebut sebagai istidraj. Istidraj sendiri sebenarnya adalah azab yang Allah berikan kepada orang-orang yang tidak taat. Allah sengaja membuka keran kenikmatan dunia lalu kemudian Allah beri siksa hingga ia akhirnya tak berkutik putus asa. Perihal istidraj ini Allah jelaskan dalam firman-Nya berikut ini:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (Q.S. Al An’am: 44).

Baca Juga: Sedekah Menjemput Pertolongan Allah

Istidraj dalam tafsir Al Azhar jilid 3 artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah melakukan apa pun yang orang
tersebut inginkan. Semua pintu kesenangan dunia pun dibuka hingga akhirnya ia lupa diri tanpa disadari. Orang yang terkena istidraj dari Allah akan tidak sadar bahwa ia kelak akan mengalami nestapa. Ia hanya merasa bahwa kesenangannya tidak akan berakhir. Padahal, setelah panas terik akan muncul hujan. Padahal, setelah mengalami kondisi lautan yang tenang akan mengalami hujan badai. Suatu saat
secara tiba-tiba kesenangan hidupnya akan berakhir dan tergantikan dengan siksaan yang teramat pedih. Ia terlarut dengan hawa nafsu serta maksiatnya hingga ia tersesat sangat jauh. Lalu ia akan terdiam nanar merasa menyesal dengan azab yang Allah timpakan kepadanya.

Istidraj dalam Ensiklopedia Tasawuf karya Imam Al-Ghazali pun berarti pembiaran. Ia sengaja dibiarkan oleh Allah melakukan banyak
kemaksiatan. Padahal pembiaran tersebut merupakan peringatan yang teramat keras dari Allah. Sementara menurut Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, bahwa istidraj merupakan pemberian kesenangan bagi mereka yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus dalam kondisi lalai. Hingga pada akhirnya kesenangan duniawi yang mereka dapatkan dicabut oleh Allah.
Mereka pun kemudian hanya bisa termangu meratapi penyesalan yang tiada artinya.

Perihal istidraj ini Allah pun sampaikan dalam firman-Nya, “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Q.S. al-Qalam: 44).

Baca Juga: Menghindari Neraka Meski dengan Secuil Kurma

Cara Allah memberikan siksaan atau azab bagi orang yang terkena istidraj bisa dengan berbagai cara. Misalnya dengan diberikan sakit
yang teramat parah, musibah dalam bentuk bencana, dan lain sebagainya hingga ia pun sulit untuk menikmati kembali kesenangan dunia seperti sebelumnya.

Sejatinya orang yang beriman merasa takut dengan istidraj. Sementara itu, orang yang sengaja Allah beri istidraj merasa santai-santai saja dengan kemaksiatan dan kelalaiannya. Ia malah merasa bahwa kebahagiaan dan kesenangan hidup yang didapatkannya adalah sesuatu yang layak didapatkannya. Ia pun merasa bahwa Allah tetap menyayanginya meski ia tidak taat. Padahal sebenarnya Allah sengaja
membiarkan dan mendiamkannya agar ia kelak diberi azab.

Sahabat, berhati-hatilah dengan istidraj. Mereka yang mendapat istidraj biasanya ditimpakan kepada orang-orang yang hatinya telah
mati. Cahaya Islam banyak menjumpainya, akan tetapi ia menolak dan memilih berpaling. Banyak orang yang mengingatkannya, tetapi ia memilih tetap dalam kemaksiatan. Mereka yang diberikan istidraj adalah orang-orang yang tidak merasa bersalah dan bersedih saat melalaikan ibadah. Ia santai-santai saja seakan-akan kehidupan ada di genggaman mereka.

Lalu, bagaimanakah cara membedakan seseorang terkena istidraj dan tidak?

Baca Juga: Pekerjaan Allah yang Diberkahi Allah Itu Seperti Apa? Yuk Kenali 9 Tandanya!

Sahabat, cara paling mudah untuk mengetahui perbedaannya adalah dengan ketakwaan. Orang yang diberi kesenangan hidup dan ia dalam
kondisi taat serta beriman kepada Allah bukanlah istidraj, melainkan bentuk kemurahan Allah. Sementara sebaliknya, jika ia diberi kenikmatan hidup yang banyak tetapi ia ingkar, tidak taat, dan tidak beriman kepada Allah maka ia tengah diberikan istidraj.

Dari ‘Uqbah bin Amir r.a., Rasulullah saw. pernah bersabda, “Apabila engkau lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj.” (H.R. Ahmad).

Sahabat, oleh karena itu kita harus berhati-hati dengan istidraj. Selalu cek kondisi kita. Apakah kesenangan dunia yang kita miliki adalah
bentuk kemurahan Allah atau merupakan istidraj?

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0