Dunia saat ini dilanda kemelut. Manusia pun bertanya, “Apakah sesunguhnya problematika manusia modern dan bagaimana mengatasinya?” Tak seorang pun dapat menjawab pertanyaan ini dengan tuntas, meskipun mereka mengerahkan seluruh sumber daya yang ada pada diri mereka.
Bahkan seringkali sumber daya yang dimiliki itu menjadi fitnah. Itu karena manusia bukanlah pencipta dirinya sendiri. Manusia adalah sebuah misteri besar. Hanya Sang Pencipta-nya yang tahu pasti dan dapat memenuhi kebutuhannya lahir dan batin. Sayangnya, manusia berlagak pintar di hadapan Allah dan memperlakukan-Nya tak sebagaimana mestinya.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah pada Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS Luqman [31]: 29)
Dengan Alquran, Allah SWT memberi petunjuk kehidupan kepada manusia secara paripurna. Tidak ada bagian Alquran yang tidak komunikatif dan solutif bagi problematika manusia, asalkan manusia memperlakukannya dengan sepatutnya. Ia mesti dipahami dan diperagakan, atau dengan kata lain ia mesti diimani.
Hanya dengan diimani, ia akan menjadi praktis, dinamis, dan memiliki daya pengaruh. “Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(QS al-Isra’[17]: 82).
Jika Alquran belum menjadi sesuatu (ruh) yang menggerakkan atau mewarnai setiap tindakan, maka sesungguhnya itu belum menjadi iman, namun baru berupa Islam (kesediaan untuk tunduk). Iman selalu melahirkan ghirah (rasa cemburu ) terhadap kemungkaran. Munkar adalah sesuatu yang dingkari/ditentang oleh hati nurani, lawan dari makruf, yaitu sesuatu yang dikenal/diterima oleh hati nurani.
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, ia bertutur, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman. (HR Muslim).
Mengapa demikian? Karena iman berasal dari wahyu. Dan karakter wahyu adalah sebagai kekuatan pengubah ke arah kebaikan, sebagaimana air yang dapat menghidupkan bumi setelah matinya. “Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya ...” (Qs Al-Baqarah [2] : 164.
Jika bumi yang semula mati dapat dihidupkan dengan air, maka jiwa-jiwa manusia yang kering dan layu diterpa kerasnya kehidupan pun dapat disegarkan kembali dengan wahyu. Demikianlah, kemelut dunia ini hanya dapat diatasi dengan Alquran yang diimani.Allahu’alam bish-shawab.
Sumber: republika.co.id
The world today is in crisis. People ask, “What is the problem of modern people and how to solve it?” Nobody can answer this question thoroughly, although they mobilize all resources available to them.
Often resources owned it becomes libel. That’s because humans are not the creator himself. Man is a great mystery. Only his Creator knows for sure and can meet their needs and unseen. Unfortunately, human beings acted smart before God and treat Him not as it should be.
“Hast thou not seen how Allah causeth the night to pass into the day and causeth the day to pass into the night, and hath subdued the sun and the moon (to do their work), each running unto an appointed term; and that Allah is Informed of what ye do? “(Surah Luqman [31]: 29)
By the Qur’an, Allah gives guidance for human in plenary. No parts of Quran that is not communicative and solution-to the problems of human beings, as long as humans treat them duly. It must be understood and demonstrated, or in other words it must be believed.
Just to be believed, it will be a practical, dynamic, and have influence. “and we reveal of the Qur’an that which is a healing and a mercy for believers though it increase the evil-doers in naught save ruin. ” (Surat al-Isra ‘[17]: 82).
If the Quran is not to be something (ruh) that moves or color every action, then surely it is not yet a faith, but a new form of Islam (willingness to comply). Faith always led to ghirah (jealousy) against Munkar. Munkar is something denied/ opposed by conscience, the opposite of kindness, which is something that was known / accepted by the conscience.
From Abu Sa’id al-Khudri radi anhu, he said, “I heard the Messenger sallallaahu ‘alaihi wa sallam said,” Whoever amongst you see munkar, then let him change it with his hand (power), if he is unable, then with his tongue (advised), and if he is not able to as well, then with his heart (was not happy and do not agree), and thus it is the least of weak faith. ‘”
Why is it like that? Because faith comes from revelation and revelation character is a transforming force in the direction of virtue, as the water that can revive the earth after its death. “and the water which Allah sendeth down from the sky, thereby reviving the earth after its death,
…” (Surat Al-Baqarah [2]: 164.
If the earth were originally die can be turned on with water, then the souls of men are dried and withered exposed to the rigors of life can be refreshed by revelation. Thus, this world crisis can only be overcome by the Koran which is believed. Allahu’alam bish-sowab.
Sumber: republika.co.id