[:ID]AGAR TERHINDAR DARI GAYA HIDUP BOROS[:en]IN ORDER TO AVOID FROM A WASTEFUL LIFESTYLE[:]

oleh | Dec 2, 2019 | Inspirasi

[:ID]Oleh: Biki Zulfiki Rahmat

Setiap usaha yang kita lakukan seperti bekerja, berwirausaha, berdagang, dan bertani tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tanpa usaha, tentunya kita tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup berupa sandang, papan, dan pangan. Karena itu, sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan Allah untuk bersungguh-sungguh berusaha. Sebab, dengan berusaha, berarti kita telah menempuh jalan kemandirian memenuhi kebutuhan tersebut.

Namun, terkadang sesaat setelah usaha ditempuh, kita masih merasa serbakekurangan dan kepayahan untuk memenuhi apa yang kita butuhkan. Saat itulah sering timbul godaan dari nafsu syahwat, nafsu yang selalu mengajak pada perilaku boros, dengan cara meminjam uang kepada lembaga keuangan karena saat membutuhkan sesuatu harus segera mungkin dipenuhi. Dengan kondisi demikian, dalam era digital, bermunculan pinjaman daring (online) ilegal yang merampas kebebasan kreditur sehingga banyak terjadi bahaya yang mengancam.

Tentunya, fenomena tersebut patut kita renungkan karena telah menciptakan perilaku boros (konsumtif) sehingga merenggut korban. Salah satu kasus bunuh diri seorang supir taksi, misalnya, karena terjerat utang pinjaman daring haruslah menjadi bahan renungan bersama. Pinjaman daring (baca: teknologi finansial) itu, seperti ditulis sang supir dalam surat wasiatnya sebelum bunuh diri, disebut sebagai jebakan setan.

Pinjaman akan menjadi jebakan setan bila kita meminjam tanpa mampu membayarnya. Kita bekerja hanya bertujuan tidak untuk mengumpulkannya, apalagi dibelanjakannya dengan bijak, tetapi untuk membayar cicilan. Parahnya lagi, kita hanya mementingkan nafsu dengan cara foya-foya tanpa peduli terhadap dampak pemborosan. Padahal ,di dalam Islam seperti tercantum di dalam Alquran cara pengelolaan ekonomi yang baik (good financial planning) mencakup dua hal.

Pertama, kecakapan mencari materi (usaha atau kerja). Allah SWT berfirman, Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS al-Jumu’ah [62]: 10). Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, kita perlu mengoptimalkan daya diri untuk mencari rezeki melalui aktivitas usaha dan bekerja.

Kedua, kecakapan membelanjakan harta pada pos-pos pengeluaran yang tepat dengan cara berhemat (tidak boros). Allah SWT berfirman, Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS al-Isra` [17]: 29). Tanpa kemampuan berhemat, materi yang kita dapatkan akan serta-merta habis dan menyebabkan kita menjadi serbakekurangan karena kebutuhan hidup yang makin meningkat secara hierarkis.

Karena itu, Islam hadir ke muka bumi untuk menciptakan mentalitas yang baik, kokoh, dan tahan banting dengan cara berhemat dan menjauhi gaya hidup mewah. Allah SWT memerintahkan kita agar memenuhi kebutuhan dengan cara sederhana dan bersahaja. Dalam bahasa lain, kita dilarang untuk hidup boros dalam mengelola keuangan.

Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS al-A’raf [7]: 31). Bahkan, teladan agung kita, Rasulullah SAW, bersabda, Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hambahamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewahmewahan.

(al-Hadits). Beliau memperingatkan kita bahwa hidup bermewah-mewah, meskipun dengan barang-barang yang sifatnya mubah, berpotensi menyeret diri pada laku boros. Hal ini juga menandakan kita tidak mengapresiasi harta dan kekayaan dengan baik yang merupakan nikmat Allah sehingga laku boros termasuk ke dalam menyianyiakan harta. Karena itu, Islam memberi peringatan bahwa boros atau berlebihan dalam membelanjakan harta berbahaya bagi diri kita di dunia dan di akhirat.

Karena itulah, dengan mewaspadai bahaya dunia dan akhirat, kita bisa memiliki neraca tetap aman saat mendapatkan rezeki dari Allah; tidak besar pasak daripada tiang. Penghasilan dan pengeluaran pun menjadi seimbang. Allah SWT berfirman, Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian (baca: berhemat). (QS al- Furqan [25]:67). Wallahua’lam bishshawwab.

Sumber: republika.co.id[:en]

By: Biki Zulfiki Rahmat

Every business that we do, such as work, entrepreneurship, trade, and farming, is primarily aimed at fulfilling the necessities of life. Without effort, surely, we would not be able to meet the necessities of life in the form of clothing, shelter, and food. Therefore, as Muslims, we are commanded by Allah to make a serious effort. Because, by trying, it means we have taken the path of independence to meet those needs.

However, sometimes shortly after the effort is made, we still feel overwhelmed and exhausted to meet what we need. It is during this time that the temptation of lust often arises, lust that always invites wasteful behavior. By borrowing money from financial institutions because when you need something you must immediately be fulfilled. Under these conditions, in the digital age, illegal online loans have sprung up that have robbed creditors of their freedom so there are many threatening dangers.

Of course, we should ponder this phenomenon because it has created wasteful (consumptive) behavior that has claimed victims. One case example is of the suicide of a taxi driver, because of being entangled in online loan debt and must be material for mutual reflection. Online loans (read: financial technology), as written by the driver in his will before suicide, are called satanic traps.

Loans will be a demon trap if we borrow without being able to pay it back. Our work only aims not to collect it, let alone spend it wisely, but to pay installments. Worse yet, we are only concerned with lust by spree without caring about the impact of waste. In fact, in Islam stated in the Quran how to manage good economics (good financial planning) includes two things.

First, the ability to look for material (business or work). Allah SWT said, When the prayer has been fulfilled then you are scattered on earth and are to seek the gift of Allah and always remember Allah so that you are blessed. (Surah al-Jumu’ah [62]: 10). To be able to meet the necessities of life, we need to optimize our power to seek sustenance through business and work activities.

Second, the ability to spend wealth in the right expenditure items by saving money (not wasteful). Allah Almighty says, and do not make your hands chained to your neck and do not stretch out too much and [thereby] become blamed and insolvent. (Surat al-Isra` [17]: 29). Without the ability to save money, the material we get will be immediately exhausted and cause us to be inadequate because of the increasing need for life in a hierarchical manner.

Therefore, Islam comes to the face of the earth to create a good mentality, sturdy, and resilient by saving money and away from the luxurious lifestyle. Allah Almighty commands us to meet our needs in a simple and unpretentious way. In other languages, we are prohibited from living wastefully in managing finances.

In the Quran, Allah SWT says, O son of Adam, wear your beautiful clothes every time (enter) mosque, eat and drink, and don’t overdo it. Indeed, Allah does not like people who are excessive. (Surat al-A’raf [7]: 31). In fact, our great example, The Prophet SAW, said, Stay away from the luxury lifestyle. Surely the Lord’s servants are not luxurious people.

(al-Hadith). He warned us that living in luxury, even with goods that are immaterial, has the potential to drag oneself to wasteful behavior. This also indicates that we do not appreciate wealth which is a favor of Allah so that wasteful behavior is included in wasting wealth. Therefore, Islam warns that it is wasteful to excessively spend dangerous assets for ourselves in this world and in the hereafter.

Therefore, by being aware of the dangers of the world and the hereafter, we can have a balance that remains safe when we get sustenance from Allah; no more pegs than a pole. Income and expenditure also become balanced. Allah Almighty says, And those who when they spend (wealth), they are not exaggerated, and are not (nor) miserly, and are (spending it) in the midst of such (read: frugality). (Surat al-Furqan [25]: 67). Wallahua’lam bishshawwab.

Source: republika.co.id[:]

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0