Emi Susanti
Rumah Zakat-Pekanbaru
Sobat, seberapa sering kita berharap agar satu hari lebih dari 24 jam atau berharap satu jam lebih dari 60 menit? Atau berharap punya aspri andalan yang siap membantu apa pun, kapan pun dan dimana pun anda kita butuhkan? Tapi faktanya adalah: waktu yang kita miliki hanya 24 jam/hari, 60 menit/jam dan ini tak pernah berubah. Dan satu-satunya orang yang dapat kita andalkan adalah diri kita sendiri.
So, how we have to do all lighter? Ini tantangannya: Anda dan siapa pun sesungguhnya mampu mengerjakan beban dua kali lipat bahkan lebih dengan waktu sama, tanpa energi tambahan dan dengan hati yang gembira. Bagaimana caranya? Action atau aksi adalah aktivitas nyata yang didasarkan pada seperangkat aturan hidup (Kubik Leadhership).
Kerja Keras
Seorang pekerja keras memiliki endurance (daya tahan atau stamina) kuat, disiplin tinggi, resourceful (keberdayaan tinggi),dan availability (ketersediaan) tinggi. Kerja keras itu adalah ketika kita memiliki konsentrasi yang sama ketika mengawali dan mengakhiri jam kantor, ibarat pembatik yang mampu mengukir gambar bulu angsa yang tetap halus setelah beberapa lembar kain selesai dibatik. Atau seperti atlit yang menyelesaikan 15 pertandingan berturut-turut tanpa kedodoran.
Kerja keras itu adalah ketika kita mampu memberdayakan metafisik hingga mampu melahirkan konsistensi dan kualitas kerja yang sama baiknya dari pagi hingga sore. Mampu men-switch dengan baik saat harus menghadapi tekanan struktural dan sensitifitas subordinat dalam jeda detik.Kerja Keras adalah ketika kita sehat secara fisik dan bugar secara metafisik. Berada di mana saja, kapan saja, dan ready to use.
Kerja Cerdas
Seorang pekerja cerdas itu mampu meningkatkan skala dan waktu, mampu mengefektifkan sistem, mampu mengkapitalisasi aset, mampu menempa orang, dan mampu memperlancar keadaan. Kerja cerdas adalah ketika kita menggunakan daya ungkit kecerdasan. Mampu berpikir, bersikap, berwawasan, dan berani menggung risiko untuk meningkatkan skala dan waktu. Selalu berpikir bagaimana dengan input yang sama bisa memperoleh output yang lebih besar. Ibarat Sergey Brin dan Larry Page yang telah membangun Google, mereka memberikan total informasi yang perlu dicari dalam waktu 5700 tahun pada 3 miliar halaman hanya dalam hitungan detik, itulah Kerja cerdas meningkatkan skala dan waktu.
Kerja cerdas itu ketika kita mampu berpikir keras untuk mengkapitalisasi asset yang kita miliki. Baik dalam melipatgandakan prestasi kerja, usaha mengkapitalisasi asset, maupun mempertahankannya dalam jangka panjang. Ibarat Hirotada Ototake seorang jepang tanpa tangan dan kaki yang mengkapitalisasi kekurangan dirinya hingga menjadi penulis dan pembicara inspiratif dunia.
Kerja Ikhlas
Kerja Ikhlas adalah ketika kita dengan kejernihan hati akan berlapang dada menghadapi persoalan dan pekerjaan seberat apapun. Fokus dan melokalisasi persoalan tanpa menambah masalah baru yang muncul dari emosi, juga optimis bahwa pekerjaan tersebut dapat kita atasi. Selalu memulai dari sikap nothing to lose atas beragam persoalan dan pekerjaan. Mengadapi pekerjaan dengan perasan ringan karena tidak terjebak dalam kekerdilan emosi. Tidak membiarkan adanya ruang kosong yang dipenuhi dengan kemubaziran. Setelah selesai yang satu mulai dengan yang lain dengan ikhlas tanpa beban emosi. Hingga mampu menembus semua keterbatasan dan menyelesaikan tanggungjawabnya dengan excellent.
Kerja Ikhlas adalah ketika kita selalu berupaya untuk dapat memberikan lebih dari yang diminta darinya. Tidak pernah ragu melakukan pekerjaan-pekerjaan tambahan melampaui deskripsi kerjanya. Tak pernah kekurangan apapun bahkan selalu memiliki energi lebih untuk membantu dan memberi lebih, tanpa beban dan tuntutan imbalan. Sebab poros nilai bukan lagi pada sederet angka saat gajian, tapi berbagai kemudahan dan rahmat Allah yang terus dirasakan, menyelimuti dan memberkahi tiap langkah kita.
Urgensi dari kerja keras adalah wadah bagi kerja cerdas dan kerja ikhlas. Kerja cerdas akan melipatgandakan hasil lebih maksimal. Sedangkan kerja ikhlas akan mengantar kita menembus berbagai keterbatasan.
Karena itulah ketiganya mesti menyatu pada diri seorang pejuang, kitakah sosok ini? Action will answer…