7 CARA MEMOTIVASI ANAK TANPA HUKUMAN

oleh | Feb 15, 2016 | Inspirasi

Teramat sering orang tua atau guru memberi reward dan punishment untuk memotivasi anak. Memang metode ini memiliki kelebihan juga sekaligus pasti ada kekurangan. Anak mengerjakan pekerjaan tertentu karena dia mengharap imbalan. Adapun dia tidak mengerjakannya (kemungkinan) disebabkan takut menerima hukuman. Intinya, anak dimotivasi oleh sesuatu dari luar dirinya (external motivation).

Kalau hadiahnya tidak menarik anak pun enggan mengerjakannya. Kalau hukumannya ringan anak tak segan melanggarnya. Kekuatan motivasi eksternal gampang dilumpuhkan oleh analisa pragmatisme. Maka, daya tahan motivasi eksternal sangat lemah. Menjadi sangat pragmatis ketika sebuah aktivitas baru dikerjakan karena iming-imingnya menarik.

Akibatnya, dorongan berbuat baik tidak tumbuh dari dalam diri anak. Sedangkan perbuatan yang termotivasi dari dalam diri memiliki daya tahan dan rentang waktu lebih panjang. Bagaimana cara menumbuhkannya dalam diri anak? Berikut ini tujuh cara menumbuhkan motivasi yang tumbuh dari dalam diri anak.

1. Mempertimbangkan kembali pemberian imbalan

Perbuatan baik yang ditimbulkan oleh pemberian imbalan akan berumur pendek. Adakalanya memberi hadiah anak akan mendorongnya untuk menyelesaikan pekerjaan. Tetapi pemberian imbalan yang dijadikan senjata memotivasi akan berdampak pada perilaku yang selalu tergantung pada ada tidaknya imbalan. Perilaku itu akan terhenti ketika imbalan terhenti. Saat dewasa nanti, ia bekerja untuk dibayar. Tidak dibayar dia tidak mau bekerja.

Masih ingatkah masa kecil kita saat belajar naik sepeda? Kita bersemangat dan terus mencoba – meskipun jatuh berkali-kali – karena keinginan bisa naik sepeda mendorong kita pantang menyerah. Kenangan masa kecil itu menjadi pelajaran bahwa motivasi internal lebih kuat daripada motivasi eksternal.

2. Menjalin percakapan yang bermakna

Berbicara dari hati ke hati, sungguh, menjadi kenangan bermakna bagi anak. Berikan kesempatan bertanya sepuasnya. Jawaban yang diterima oleh akalnya akan menjadi motivasi intrinsik bagi dia. Di tengah percakapan kita bisa menyisipkan pesan moral untuk memperkuat motivasinya. Mendengarkan keluhan dan menemukan solusi bersama merupakan umpan balik yang ampuh untuk menanam motivasi internal. Umpan balik inilah yang sejatinya dibutuhkan anak – bukan iming-iming atau imbalan semata.

3. Menerima kekurangan anak

Sebagai manusia anak pasti memiliki kekurangan. Pada dasarnya pekerjaan apapun yang sudah diselesaikan anak pasti tidak sempurna. Terimalah ketidaksempurnaan itu secara apa adanya. Caranya? Kita fokus pada proses bukan hasilnya. Fokus pada anak mau melipat selimut lebih bermakna baginya daripada melihat bentuk lipatan selimutnya. Selimut yang dilipat belum sempurna kita maklumi saja. Toh faktanya anak sudah mau melipat selimut. Seiring berjalannya waktu kita benahi cara melipatnya. Tidak rewel pada kekurangan anak merupakan cara ampuh memotivasi dari dalam.

4. Mempertimbangkan kemampuan

Pemberian imbalan dan hukuman sering mengabaikan kemampuan anak. Cara berfikirnya pun linier: imbalan yang besar akan mendorongnya untuk mau melakukan aktivitas. Alih-alih anak mau mengerjakan, yang terjadi justru rasa frustasi karena dia gagal menyelesaikan pekerjaan yang memang di luar kemampuannya. Jadi, fokus kita bukan seberapa besar imbalan atau hukuman, namun pada kemampuan diri anak.

5. Mengapresiasi usaha anak

Hargailah usahanya. Kadang anak mengerjakan sesuatu karena ingin menyenangkan kita. Memujinya, karena dia telah berusaha menyenangkan hati kita, meskipun hasilnya belum sempurna. Dia ingin kita bahagia. Jadi bahagiakan pula hatinya.

6. Memberi tauladan

Pada diri Rasulullah Muhammad Saw terdapat suri tauladan yang baik. Dan kita tahu generasi Islam terbaik adalah para sahabat yang mengelilingi rasul. Mereka bukan hanya merasa tenteram dekat dengan manusia pilihan. Keteladanan Rasulullah menjadi kekuatan motivasi yang menembus dinding kalbu para sahabat.

Keteladanan apa yang dapat kita ambil dari Rasul dan para sahabatnya? Berbicara santun penuh kasih sayang pada anak. Dua kata saja yang musti sering kita perdengarkan di depan anak. “Tolong dan terima kasih.” Dua kata ini akan memotivasi anak sekaligus menjadikannya sosok yang dihargai.

7. Menanamkan akidah

Tips di atas akan terasa tanpa makna apabila tidak kita tanamkan akidah sejak dini. Mengenalkan sifat Rahman dan Rahim Allah, menceritakan akhlak mulia para Nabi dan Rasul, hingga pentingnya berbuat baik pada orang lain merupakan pondasi yang memantik motivasi dari dalam diri anak. Memang hasilnya tidak langsung bisa dinikmati. Setidaknya kita sudah menanam benih-benih akidah di ladang fitrah anak. Kita sirami benih itu dengan doa-doa kita. Kelak, semoga, ia berbuah menjadi perilaku yang berakhlak mulia.

Sumber: ummi-online.com

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0