[:ID]Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya)” (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Bazzar).
Tentu, ada keistimewaan yang dimiliki hewan kecil bernama lebah ini hingga nabi menjadikannya inspirasi bagi seorang mukmin, bahkan Allah mengabadikan namanya pada salah satu surah ke-16 dalam Alquran, yakni an-Nahl.
Seorang mukmin haruslah memiliki sifat-sifat unggul dan istimewa dibandingkan dengan manusia lain. Kehadirannya selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Seperti dijelaskan Rasulullah SAW, “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.” Perhatikan beberapa karakter lebah yang mengandung hikmah untuk diambil manfaat.
Pertama, hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih. Lebah hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lain yang mengandung bahan madu atau nektar. Begitulah pula sifat seorang mukmin, haruslah mencari dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan (QS al-Baqarah [2]:168). Karena itu, jika mendapatkan amanah, dia akan menjaga dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi merupakan khabaits (kebusukan).
Kedua, mengeluarkan yang bersih. Dari lebah yang dikeluarkan adalah madu yang menyehatkan bagi manusia. Dia produktif dengan kebaikan dibandingkan binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikkan. Seorang mukmin seyogianya produktif dengan kebajikan (QS al-Hajj [22]:77). Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya bukan menyengsarakan orang lain, melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaatan manusia.
Ketiga, tidak pernah merusak. Lebah biar bagaimanapun menambatkan diri di dahan. Dahan itu tidak rusak dan patah. Artinya, tidak merusak lingkungan hidupnya, padahal dia tidak punya akal. Manusia yang katanya punya akal justru berlomba-lomba merusak lingkungan hidupnya sendiri demi keserakahan diri sendiri dan keturunannya. Egoistis tidak memikirkan orang lain menderita nantinya atau tidak.
Keempat, bekerja keras. Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Seorang mukmin lebih dituntut bekerja keras dan semangat pantang kendur. Jika telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (QS as-Syarh [94]:7).
Kelima, bekerja secara kolektif dan tunduk pada satu pimpinan. Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengundang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman yang diibaratkan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS ash-Shaff [61]:4)
Keenam, tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu. Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin harus memiliki solidaritas dan kepedulian empati terhadap sesamanya, dalam kondisi dan keadaan apa pun bagai satu bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Wallahu a’lam.
Sumber: republika.co.id[:en]
By: Ahmad Agus Fitriawan
Rasulullah SAW said; The parable of the believers are LIKETHE BEE. It eats a clean/ good food, issued something clean, perched in a clean and not damage or break its host… (Reported by Ahmad, al-Hakim, and al-Bazzar).
Of course, there is privilege in small animals called bees even the prophet makes the inspiration for a believer, even Allah perpetuate its name on Quran, the 16th surah in the Quran, it is is an-Nahl.
A believer must have superior and special characteristic compared with other human beings. His/her presence always brings benefits and interests to other human beings. As described by Prophet Muhammad, “the kindest man is most beneficial for other human beings.” Consider some bees’ characters contains wisdom to take advantage.
First, perched on a clean and absorb only a clean. Bees will only come to the flowers or fruits or other clean areas that contain honey or nectar. That is also the nature of a believer, must find and eat of the lawful and good from what is contained in the earth and do not follow the steps of Satan (Surah al-Baqarah [2]: 168). Therefore, if he/she gets a mandate, he/she will maintain the best possible way. He/she will not commit corruption, theft, abuse of authority, manipulation, deception and lies. because all the proceeds of the deeds was a khabaits (decay).
Second, issued something clean, bees issue honey that is healthful for humans. He was prolific with goodness than other animals give birth to something disgusting. A believer ought to be productive by virtue of (Al-Hajj [22]: 77). Everything that comes out of her/his is good. The Heart should be far from prejudice, envy, jealousy; everything come from his/her mouth is good; his/her behavior not hurt other people, but rather bring happiness; his/her treasure helpful to many people; if he is in power or holding a specific mandate, benefited for the greater benefit of mankind.
Third, never destructive, nevertheless bees clinging to the branches but the branches are never damaged and broken. That is, bees do not damage the environment eventhough they have no sense. Humans who have sense damage their own environment because of greed of thier own life and for the sake of themselves and their offspring. They are Selfish do not think of others whether they will suffer or not.
Fourth, work hard. Bees are hard workers. When it first appeared on its cell (when it “hatch”), the worker bees clean the nest chamber to new eggs and after three days old he fed larvae, bringing pollen honey. And so, the day-to-day work and work energetically. A believer is required to work hard and unyielding spirit. If you have finished the affairs of something, do solemnly other matters (Surat as-Syarh [94]: 7).
Fifth, work collectively and are subject to a single leader. Bees always live in large colonies, never alone. They work collectively and each has a different task. When they get a source of nectar, they will call his friends to suck it. Similarly, when there is danger, a bee will issue a pheromone (a chemical released by a particular animal to a specific cue) to invite his friends to help him. That should be the attitude of the believers as alike as a strong brick wall (Surat ash-Shaff [61]: 4)
Sixth, never hurt unless disturbed. Bees never start attacking. It will attack only when annoyed or threatened. And to preserve the “honor” of the bee community, they were willing to die to remove the sting in the body that attack. The attitude of a believer should have the solidarity and concern empathy toward others, in every condition and circumstances like the building mutually reinforce one another. Allaah knows best.
Source: republika.co.id
[:]